Minggu, 27 September 2020

Teori Keperawatan Comfort Katharine Kolcaba

Teori Katharine Kolcaba

Theory of Comfort

 

Latar Belakang dan Sumber Teori

Comfort theory merupakan teori yang pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh Katharine Kolcaba. Katharine Kolcaba lahir dan dididik di Cleveland, Ohio. Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan dan praktek paruh waktu selama bertahun-tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan home care sebelum kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case Western Reserve University (CWRU) Frances Payne Bolton School of nursing, dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga sebagai Kepala ruangan di Unit Dimensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai memikirkan teori tentang kenyamanan pasien.

Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing setelah lulus dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan gerontologinya di American Nurses Association (ANA) Certification. Dia kembali ke CWRU untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu sambil terus mengajar. Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program kerja dalam program doktor untuk mengembangkan dan mengutarakan teorinya. Kolcaba mempublikasikan konsep analisis kenyamanan dengan suaminya yang ahli filsafat (Kolcaba, 1991 dalam Alligood 2014), dalam diagram aspek pada kenyamanan, kenyamanan dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan (Kolcaba, 1992 dalam Alligood 2014). Setelah itu kontekstual kenyamanan dipublikasikan dalam Middle-range Theory oleh Kolcaba pada tahun1994, dan menguji teori dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun1999.

Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di University of Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Tujuan dia termasuk intervensi dalam perubahan dan dokumentasi kenyamanan untuk praktek keperawatan berdasarkan evidence base.

Kolcaba memulai diagram teoritis praktik keperawatannya di awal studi doktoral. Ketika Kolcaba menyajikan kerangkanya untuk perawatan demensia muncul pertanyaan, apakah sebelumnya Kolcaba telah melakukan analisis konsep kenyamanan. Kolcaba menjawab bahwa dia tidak melakukannya tapi itu akan menjadi langkah berikutnya. Pertanyaan ini memulai investigasi panjangnya ke dalam konsep kenyamanan.

Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, dimulai dengan tinjauan ekstensif dari literatur tentang kenyamanan dari disiplin ilmu keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiatri, ergonomi, dan Inggris (khusus penggunaan shakespeare tentang kenyamanan dan kamus Oxford English [OED]) . Dari OED, Kolcaba belajar bahwa definisi asli dari kenyamanan adalah "untuk mempererat." Definisi ini memberikan alasan yang bagus bagi perawat untuk memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga pasien akan lebih baik dan perawat akan merasa lebih puas. Catatan sejarah tentang kenyamanan dalam keperawatan sangatlah banyak. Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan diinspirasi dari pernyataan Nightingale yang menyatakan apa yang kita lihat atau diamati akan hilang, tetapi apa yang dilihat itu harus dapat menyelematkan kehidupan dan meningkatkan kesehatan serta kenyamanan hidup (Alligood, 2014).

Dari tahun 1900-1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan medis karena melalui kenyamanan, pemulihan dapat dicapai (Mcllveen & Morse, 1995 dalam Alligood 2014). Perawat berkewajiban untuk mempengaruhi kenyamanan pasien. Aikens (1908) mengusulkan bahwa cukup kecil atau tidak ada untuk mengabaikan tentang kenyamanan pasien . Kenyamanan pasien adalah pertimbangan pertama dan terakhir perawat. Seorang perawat yang bagus dapat membuat pasien nyaman, dan menyediaankan kenyamanan adalah faktor penentu utama kemampuan dan karakter perawat (Aiken, 1908). Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana kenyamanan dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan, kenyamanan, dan kemudahan, fisik dan mental, disamping istirahat dan tidur, gizi, kebersihan, dan eliminasi. Goodnow (1935) mengabadikan sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien. Goodnov menulis, "Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu dengan kemampuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman. Kenyaman itu baik fisik dan mental, dan tanggung jawab seorang perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik". Dalam buku teks tahun 1904, 1914, dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga kenyamanan mental dan kebanyakkan dicapai dengan menyediakan kenyamanan fisik dan modifikasi lingkungan pasien (Mcllveen & Morse, 1995). Dalam contoh ini, kenyamanan adalah positif dan dicapai dengan bantuan dari perawat dan, dalam beberapa kasus, menunjukkan peningkatan dari keadaan atau kondisi sebelumnya. Intuisi, kenyamanan dikaitkan dengan memelihara aktivitas.

Dari asal kata, Kolcaba mengutarakan fitur penguatannya, dari ergonomi, hubungan langsung terhadap prestasi kerja. Namun sering maknanya implisit, tersembunyi dalam konteks, dan ambigu. Konsep bervariasi yaitu sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, proses, dan hasil. Kolcaba awalnya menggunakan idea dari tiga teori keperawatan untuk mensintesis atau mendapatkan jenis kenyamanan dalam analisis konsep (Kolcaba & Kolcaba 1991 dalam Alligood 2014) yaitu :

1.    Relief (Bantuan/Dorongan) adalah sintesis dari karyanya Orlando (1961), yang mengemukakan bahwa perawat lega akan kebutuhan yang diungkapkan oleh pasien

2.    Ease (Kemudahan) adalah sintesis dari karya Henderson (1966), yang menggambarkan 13 fungsi dasar manusia yang harus dijaga selama perawatan.

3.    Transcendence (Kelebihan) adalah berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang mengusulkan bahwa bertambahnya kesulitan pasien butuh bantuan perawat.

Empat konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang menerima perawatan, berasal dari literatur keperawatan (Kolkaca, 2003). Konteksnya adalah fisik, psychospiritual, sosial budaya, dan lingkungan. Keempat konteks yang disandingkan dengan tiga jenis kenyamanan, menciptakan struktur taksonomi (matrix) yang mempertimbangkan kompleksitas kenyamanan sebagai hasil.

 

Struktur taxonomi dari teori kenyamanan (Kolcaba, 2007 dalam Alligood, 2014) :

Keterangan Bagan:

Jenis Kenyamanan:

1.        Relief (bantuan): Keadaan pasien yang memiliki kebutuhan khusus

2.        Ease (Kemudahan) : keadaan tenang atau kepuasan

3.        Transcendence (kelebihan) : keadaan dimana permasalahan seseorang bertambah atau sakit

Konteks di mana kenyamanan terjadi:

1.        Fisik : berkaitan dengan sensasi tubuh

2.        Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk harga diri, konsep, seksualitas, dan makna dalam kehidupan seseorang; hubungan seseorang dengan tatanan yang lebih tinggi

3.        Lingkungan : berkaitan dengan lingkungan eksternal , kondisi, dan pengaruh

4.        Sosial : berkaitan dengan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial

Struktur taksonomi menyediakan peta domain pada konten kenyamanan. Ini mengantisipasi bahwa peneliti akan merancang instrumen di masa depan seperti kuesioner yang dikembangkan dari taksonomi untuk akhir dari kehidupan instrumen (Kolcaba, Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004). Kolcaba memasukkan langkah-langkah di website-nya untuk adaptasi dari kuesioner kenyamanan oleh peneliti di masa depan.

 

Konsep Utama dan Definisi

Di dalam Teori Kolcaba, mereka yang menerima tindakan kenyamanan dapat disebut sebagai penerima (recipients), pasien, mahasiswa, tahanan, pekerja, orang dewasa yang lebih tua, komunitas, dan institusi. Beberapa konsep utama dalam teori ini adalah :

1. Pentingnya perawatan Kesehatan

Kebutuhan perawatan kesehatan merupakan kebutuhan kenyamanan yang timbul dari situasi stres pada kesehatan yang tidak bisa dipenuhi oleh sistem pendukung tradisional penerima. Kebutuhan ini mungkin fisik, psikospiritual, sosial budaya, atau lingkungan. Mereka menjadi jelas melalui pemantauan, laporan verbal atau nonverbal, parameter patofisiologi, pendidikan dan dukungan, dan konseling keuangan dan intervensi (Kolcaba,2003)

2. Intervensi Kenyamanan

Intervensi kenyamanan adalah tindakan keperawatan dandirancang untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik pada penerima, termasuk fisiologis, sosial, budaya, keuangan, psikologis, agama, lingkungan dan intervensi fisik (Kolcaba, 2001).

3. Intervensi Variabel

Intervensi variabel adalah interaksi yang mana dapat mempengaruhi persepsi penerima untuk kenyamanan. Mereka terdiri dari pengalaman masa lalu, usia, sikap, keadaan emosional, sistem pendukung, prognosis, keungan, pendidikan, latar belakang budaya, dan totalitas unsur dalam pengalaman penerima (Kolcaba, 1994). Variabel intervesi berdampak pada perencanaan dan keberhasilan intervensi perawatan pasien.

4. Kenyamanan

Kenyamanan adalah keadaan yang dialami oleh penerima intervensi kenyamanan. Hal itu adalah langsung, pengalaman holistik diperkuat ketika kebutuhan seseorang yang ditujukan untuk tiga jenis kenyamanan (lega, kemudahan, dan transendensi) dalam empat konteks (fisik, psikospiritual, sosial budaya, dan lingkungan) (Kolcaba,1994)

5. Perilaku mencari - Kesehatan

Perilaku mencari - Kesehatan menyusun kategori yang luas dari hasil terkait untuk mencari kesehatan seperti yang didefinisikan oleh penerima yang berkonsultasi dengan perawat. Kategori ini disintesis oleh Schlotfeldt (1975) dan diusulkan menjadi internal, eksternal, atau kematian yang damai.

6. Integritas kelembagaan

Perusahaan, Masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, negara, dan kota yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik, etika, dan tulus memiliki integritas kelembagaan. Ketika institusi menampilkan jenis integritas, menghasilkan bukti praktik terbaik dan kebijakan terbaik (Kolcaba, 2001).

7.  Praktik Terbaik

Penggunaan intervensi kesehatan berdasarkan bukti-bukti untuk menghasilkan kemungkinan hasil yang terbaik pada pasien dan keluarga (kelembagaan) dikenal sebagai praktik terbaik

8.  Kebijakan Terbaik

Institusi atau kebijakan daerah mulai dari protokol untuk prosedur dan kondisi medis untuk mengakses dan pemberian perawatan kesehatan yang dikenal sebagai kebijakan terbaik.

 

Kerangka Konseptual Teori

Berdasarkan konsep utama , dapat dikembangkan kerangka konseptual dari teori kenyamanan sebagai berikut :

Kerangka konseptual diatas, menurut Kolcaba (2001) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.        Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota keluarga.

2.        Perawat menyusun intervensi untuk memenuhi kebutuhan

3.        Variabel intervensi (intervening variable) perlu dipertimbangkan ketika menyusun intervensi

4.        Ketika intervensi dimunculkan dalam cara merawat dan efektif, dan ketika peningkatan kenyamanan telah dicapai, intervensi itu disebut alat ukur/pengukuran kenyamanan (comfort measure).

5.        Pasien dan perawat menyetujui perilaku mempertahankan kesehatan yang dapat dipertimbangkan dan realistis.

6.        Jika peningkatan  kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga lebih menyukai perilaku mempertahankan kesehatan untuk peningkatan kenyamanan yang lebih jauh.

7.        Ketika pasien dan anggota keluarga diberikan perawatan kenyamanan dan menggunakan perilaku mempertahankan kesehatan, mereka akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hasil kesehatan yang lebih baik.

8.        Ketika pasien, keluarga, dan perawat puas dengan pelayanan kesehatan dalam sebuah institusi, publik mengakui kontribusi institusi terhadap pelayanan kesehatan yang akan membantu mempertahankan kelangsungan dan perkembangan institusi.

 

Penggunaan Bukti Empiris

Asal penyelidikan modern tentang hasil dari kenyamanan telah ditujukkan di akhir tahun 1980, menandai periode kolektif, tapi secara terpisah menyadari pentingnya konsep holistik dari kenyamanan. Hamilton (1989) menggali arti kenyamanan dari pesrpektif pasien. Dia menggunakan wawancara untuk mengetahui bagaimana setiap pasien dengan perawatan lama mendefinisikan kenyamanan. Hamilton menyimpulkan kenyamanan merupakan multi dimensi, memiliki makna yang berbeda pada setiap orang (Alligood, 2014)

Setelah Kolcaba mengembangkan teorinya, dia mendemonstrasikan perubahan dalam kenyamanan dinilai menggunakan design eksperimental dalam disertasinya (Kolcaba dan Fox, 1999). Dalam penelitian ini, kenyamanan dibutuhkan pada diagnosis kanker payudara awal. Intervensi holistik yang diberikan adalah teknik guide imagery, intervensi diberikan pada populasi pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan hasil yang ingin dicapai yaitu rasa nyaman pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rasa nyaman yang signifikan antara wanita yang mendapat terapi guide imagery dengan kelompok perawatan biasa yang tidak mendapat terapi guide imagery. Beberapa studi lain yang juga menggunakan intervensi untuk membuktikan rasa nyaman :

1.        Guide imagery untuk pasien psykiatrik (Apostolo dan Kolcaba, 2009)

2.   Pengobatan dengan sentuhan dan latihan untuk mengurangi stres pada siswa (Dowd, Kolcaba, Steiner dan Fashinpaur, 2007)

3.        Pijatan tangan untuk pasien rawat inap dan waktu rawat lama (Kolcaba, Dowd, Steiner dan Mitzel, 2004)

4.        Pengontrolan panas gown pada pasien untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa nyaman pada pasien preoperative (Wagner, Byrne dan Kolcaba, 2006).

Pada setiap penelitian, intervensi ditargetkan untuk menilai rasa nyaman pada pasien, instrumen untuk menilai kenyamanan diadopsi dari Kuisioner General Comfort (Kolcaba, 1997, 2003) yang menggunakan struktur taksonomi.

Dukungan untuk teori comfort ini ditemukan dari 4 teoritikal dalil tentang dasar holistik comfort (Kolcaba dan Steiner, 2000) :

1.        Kenyamanan adalah pernyatan umum-spesifik

2.        Hasil dari keyamanan mudah berubah dari waktu ke waktu

3.        Intervensi keperawatan holistik diterapkan secara konsisten untuk meningkatkan kenyamanan dari waktu ke waktu.

4.        Kenyamanan total lebih besar jumlahnya dari bagian-bagiannya.

 

Asumsi Utama

Asumsi utama dari teori ini adalah :

1.        Keperawatan

Keperawatan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengkaji kebutuhan rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan mengkaji ulang tingkat kenyamanan setelah dilakukan implementasi dan membandingkan dengan sebelumnya.

2.        Pasien

Pasien adalah penerima perawatan bisa individu, keluarga, institusi, komunitas yang membutuhkan pelayanan keperawatan. Perawat mungkin juga bisa sebagai resipien yang membutuhkan rasa nyaman, yaitu terkait peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki kondisi kerja.

3.        Lingkungan

Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga atau aturan institusi yang bisa dimanipulasi oleh perawat, institusi untuk meningkatkan kenyamanan

4.        Kesehatan

Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan atau komunitas yang diartikan oleh pasien atau kelompok.

 

Asumsi

1.        Manusia mempunyai respon yang holistik terhadap stimulus komplek (Kolcaba, 1994)

2.        Comfort adalah hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada disiplin keperawatan (Kolcaba, 1994)

3.        Comfort adalah kebutuhan dasar manusia dimana setiap orang berusaha untuk memenuhinya. Hal ini merupakan usaha aktif (Kolcaba,1994)

4.        Peningkatan rasa nyaman memperkuat pasien untuk terlibat dalam mencari perilaku sehat sesuai pilihan mereka (Kolcaba, 1994)

5.        Pasien yang diberi wewenang aktif untuk terlibat dalam mencari perilaku sehat puas dengan perawatan kesehatannya (Kolcaba, 2001)

6.        Kesatuan institusional didasarkan pada nilai sistem yang berorientasi pada penerima perawatan (Kolcaba, 2001). Orientasi terhadap promosi kesehatan, pengaturan holistik pada keluarga dan penyedia perawatan memiliki kepentingan yang sama.

 

Pernyataan Tegas dan Bentuk Logis Teori

Teori tentang comfort berisi 3 bagian pernyataan tegas yang bisa diuji secara terpisah atau secara keseluruhan yaitu :

1.        Intervensi terkait kenyamanan bila diberikan secara efektif akan meningkatkan kenyamanan pasien dan keluarga. Intervensi terkait kenyamanan diberikan berdasarkan kebutuhan dasar manusia seperti istirahat, homeostatis, komunikasi terapeutik, pengobatan holistik lainnya.

2.        Peningkatan rasa nyaman pada pasien dan keluarga menghasilkan peningkatan keterlibatan pencarian perilaku sehat pada pasien dan keluarga

3.        Peningkatan perilaku mencari sehat meningkatkan kualitas perawatan, menguntungkan institusi dan mampu dalam mengumpulkan bukti untuk pemberian praktek secara baik dan kebijakan terbaik.

Kolcaba (2003) menggunakan 3 tipe alasan logis dalam mengembangkan teorinya yaitu induksi, deduksi, dan retroduksi (Hardin dan Bishop, 2010).

1.        Induksi

Pemikiran Kolcaba untuk mengembangkan teori tentang kenyamanan muncul pada akhir tahun 1980an. Kolcaba pada saat itu adalah kepala perawat di unit Alzhaimer, dia mengetahui berarapa hal yang menggambarkan perawatan pada demensia seperti lingkungan yang fasilitatif, excess ketidakmampuan, dan fungsi yang optimal. Ketiga dia melihat hubungan 3 hal tersebut, dia berpikir 3 hal tersebut tidak menggambarkan praktek keperawatan. Ada eberapa hal yang menjadi inti perawatan tertinggal dan dia memikirkan apa yang seharusnya dilakukan perawat untuk mengurangi ketidakmampuan dan membuat pasien berfungsi optimal. Solusi dari pertanyaan Kolcaba ini dirumuskannya untuk menemukan konsep yang komplek yaitu :

a.    merumuskan keterbatasan kemampuan dalam bentuk fisik dan mental

b.    mengenalkan konsep kenyamanan

c.    mencatat hubungan antara kenyamanan dan fungsi yang optimal

2.        Deduksi

Secara deduktif perkembangan teori dihasilkan dari hubungan kenyamanan dengan konsep lain yang menghasilkan teori. Kenyamanan sebelumnya telah didefinisikan oleh Paterson dan Zderad (1975), Handerson (1966) dan Orlando (1961). Kolcaba melihat pernyataan umum tersebut dan menyatakan 3 konsep utama dalam kenyamanan yaitu relief (kondisi klien setelah mendapatkan kebutuhan khususnya), ease (suatu kondisi tenang atau puas) dan transendensi (kondisi dimana individu melepaskan diri dari masalah yang dialaminya atau terlepas dari ketidaknyamanan).

Psikologis Henry Muray (1938) menemukan kriteria untuk kerangka kerja yang menempatkan konsep teori keperawatan Kalcaba. Teorinya yaitu tentang kebutuhan manusia, teori ini sangat aplikatif untuk pasien dengan multistimulus. Ide dari Henry Muray ini menjadi ide juga bagi Kolcaba untuk mengembangkan teori, meskipun kenyamanan diartikan dalam pernyataan spesifik, jika intervensi terkait kenyamanan diimplementasikan, hasilnya pasien akan merasakan kenyamanan. Dalam pengembangan teori secara deduktif Kolcaba memulai dengan konsep abstrak, membangun teori secara umum dan menggunakan proses sosio-logical untuk mengidentifikasi lebih spesifik konsep dalam praktek keperawatan.

3.        Retroduksi

Menggunakan pendekatan retroduksi, Kolcaba menambahkan konsep institutional integrity pada teorinya. Penambahan ini memperluas teori dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku mencari sehat dengan kesatuan institutional. Pada tahun 2007, konsep best practices dan best policies dihubungkan dengan kesatuan institutional. Teori didasarkan pada bukti pengetahuan tentang praktik dan kebijakan.

 

Penerimaan dalam Komunitas Perawat

Praktek

Mahasiswa dan perawat peneliti memilih teori ini sebagai pedoman dan kerangka kerja untuk studi mereka di berbagai bidang seperti perawat kebidanan (Schuiling, Sampselle, & Kolcaba, 2011), perawatan rumah sakit (Kolcaba, Dowd, Steiner, et al., 2004), keperawatan perioperatite (\ Vilson & Kolcaba, 2004), perawatan jangka panjang (Kolcaba, Schirm, & Steiner, 2006), pasien demensia (Hodgson & Andersen, 2008) , dan perawatan paliatif (Lavoie, Blondeau, & Picard-N {Orin, 201 l).

Ketika perawat bertanya kepada pasien atau anggota keluarga untuk menilai Comport mereka dari pada rentang 0 sampai 10 sebelum dan setelah intervensi atau secara berkala, dengan menggunakan sebuah skala tingkat verbal sangat sensitive terhadap perubahan Comport dari waktu ke waktu, mereka menemukan bukti bahwa Comport yang signifikan telah dirasakan.  Perubahan Comport dari waktu ke waktu (I) oud, Kolcaba, Steiner, et al., 2007). Sebuah daftar intervensi untuk setiap anggota pasien/ keluarga sudah tersedia dan dikomunikasikan.

Perawat Perianesthesia telah memasukkan Teori Comfort dalam Pedoman Praktek Klinis mereka untuk pengelolaan kenyamanan pasien. Hal ini, menentukan manajemen Comport (l) menilai Comport pasien terkait dengan rasa nyeri kronis operasi saat ini; (2) melakukan kontrak pada pasien sebelum operasi untuk menentukan intervensi yang efektif untuk mencapai Comport, penggunaan analgesic pasaca bedah (3) memfasilitasi posisi yang nyaman, suhu tubuh, dan faktor lain yang berhubungan dengan Comport selama operasi; dan (4) terus menerus melakukan manajemen Comport dan pengukuran pada periode pascaoperasi (trilsorr & Kolcaba, 2004).

Pendidikan
Goodu, di, Sener, & Steiner (2007) menyusun pedoman untuk menerapkan Teori Comfort pada pendidikan sarjana muda keperawatan. Teori terbukti memudahkan fakultas untuk memahami dan menerapkan dan memberikan metode yang efektif untuk peran-model kemitraan belajar yang mendukung siswa. Teori Comfort termasuk dalam Konsep inti pada Advidanced Praktik Perawatan (Robinson & Kish, 2001). Teori ini cocok digunakan oleh siswa untuk pengaturan klinis, dan aplikasinya dapat difasilitasi dengan menggunakan Rencana Perawatan Comfort yang tersedia di situs Kolcaba.

Baru-baru ini, Goodrvin, Sener, dan Steiner (2007) menggunakan Teori Comfort sebagai filosofi mengajar pada program sarjana mudah pendidikan keperawatanStruktur taksonomi dan kerangka konseptual dipandu oleh anggota fakultas. Teori menyediakan cara-cara bagi siswa untuk meringankan pekerjaan berat mereka dengan memfasilitasi pertanyaan untuk masalah klinis mereka, mempertahankan dan memudahkan kurikulum fakultas mereka, dan meminimalisir stres. Para penulis mengantisipasi "bahwa adaptasi ini dapat membantu siswa untuk menjadai perawat profesional yang nyaman dan memotivasi merekea untukterus belajar sepanjang masa”

Penelitian
Termasuk dalam Ensiklopedi Penelitian Keperawatan adalah berbicara tentang pentingnya mengukur sensitif itas Comport sebagai hasil keperawatan (Kolcaba, 2006). Perawat dapat memberikan bukti untuk mempengaruhi pengambilan keputusan di kelembagaan, community, dan tingkat legislatif melalui studi yang menunjukkan efektivitas Comport.  

Kolcaba 1992 mengembangkan General Comfort Kuesioner untuk mengukur Comport secara holistic dengan sampel rumah sakit dan partisipasi masyarakatEmpat puluh empat item positif dan dua puluh empat item negatif disusun dengan skala Likert dengan format mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan Comport yang lebih tinggi. Pada akhir studi instrumentasi dengan 206 responden, masing-masing satu kali dari semua jenis unit di dua rumah sakit dengan 50 peserta dari masyarakat, secara Umum Angket menunjukkan hasil Cronbach alpha bernilai 0.88 (Kolcaba,1992).

Para peneliti dipersilahkan untuk menyusun kuesioner Comport khusus sesuai area penelitian mereka. Skala verbal untuk penilaian dan kuesioner dengan format lainnya bisa di-download dari situs web Kolcaba inidi mana dia juga menanggapi pertanyaan dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan teorinya. Instruksi untuk penggunaan kuesioner yang tersedia di website-nya. Popularitas  teori tampaknya dikaitkan dengan pengakuan secara universal . Comport adalah  hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan untuk pasien dan keluarga mereka

 

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their works (8th ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc.

Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorist and their works (7th ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis andevaluation of nursing  models and theories (2nd ed). Phiadelphia: F.A. Davis Company.

Hidayat, A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba

Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing your career: Concepts of professional nursing. 4th Ed. Philadelphia : FA Davis Company.

Kolcaba, K. (1995). Comfort as process and product, merged in holistic nursing art. Journal of Holistic Nursing, 13(2), 117-131.

Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes research. Nursing Outlook, 49(2), 86-92.

Kolcaba, K. Y. (1995). The art of comfort care. Image: Journal of Nursing Scholarship, 27(4),

McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical basis for nursing. 3rd Ed. Philadelphia : Lippincott.

Peterson, S.J., & Bredow, T.S. (2004). Middle range theories: Application to nursing research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

 

 

Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson,

 Teori Dorothy E. Johnson

 Model Sistem Perilaku

 

 Sejarah dan Latar Belakang Teori

Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di Savannah, Georgia. Pada tahun 1938 Johnson memperoleh gelar A.A. dari Armstrong junior College di Savannah, Georgia. Pada tahun 1949-1978 Johnson menjadi instruktur dan asisten profesor dalam perawat kesehatan anak-anak (pediatric nursing) di Vanderbilt University School of  Nursing. Tahun 1955-1956 Johnson menjadi penasehat pediatric nursing yang ditugaskan di Sekolah Kesehatan Kristen bidang Keperawatan di Vellore, India Selatan. Penghargaan yang paling dibanggakan adalah Faculty Award pada tahun 1975, Lulu Hassenplug Distinguished Achievement Award dari Asisi Perawat California pada tahun 1977 dan Vanderbilt University School of Nursing Award for Excellence in Nursing pada tahun 1981 (Alligood, 2014).

Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik (Alligood, 2014)

Selain itu, Johnson juga memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya. Ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri sistem-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport, R. Chin dan W.Buckley. Struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem. Sistem dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk membentuk keseluruhan (Alligood, 2014).

Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis yaitu bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk mengembangkan teorinya (Alligood, 2014).

Johnson mencatat bahwa meski literatur menunjukkan ide dukungan lain yaitu bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku dicikung dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literatur empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam sistem biologis , pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruhan sistem (Alligood, 2014).

 

Filosofi

Johnson membahas filosofi behavioral system ke dalam 4 bagian yaitu kepercayaan, asumsi, premis – premis dan sistem nilai. Berikut akan dijelaskan berbagai filosofi tersebut.

1.        Nilai – nilai dasar tentang perilaku

Johnson mengungkapkan bahwa ada area luas dari perilaku yang dapat diterima dan ditoleransi oleh suatu masyarakat. Selama perilaku tersebut tidak bertentangan dengan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, perilaku tersebut akan terus diterima oleh masyarakat (Fawcett, 2006).

2.        Kepercayaan mengenai sifat dasar dan pengerjaan dari sistem perilaku

Menurut Johnson sistem adalah keseluruhan dan berfungsi secara keseluruhan. Bagian – bagian dari sistem tersebut terorganisir, interaktif, interdependent dan terintegrasi. Sistem akan cenderung untuk mendapatkan keseimbangan dari serangan – serangan baik dari dalam sistem itu sendiri maupun dari luar sistem tersebut. Keseimbangan sistem perilaku memperlihatkan adanya penyesuaian dan adaptasi yang berhasil pada derajat tertentu, meskipun ada beberapa perilaku yang tidak sesuai pada bentuk normal sebuah kultur atau biologis atau tidak sesuai dengan perilaku sehat (Fawcett, 2006).

Konsistensi dan keteraturan yang dapat diamati pada manusia yang merupakan hasil dari keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku terbukti berfungsi dan berpengaruh secara signifikan bagi manusia sebagai individu atau dalam kehidupan sosial. Ketika keteraturan tersebut terganggu, integritas seorang manusia juga akan terancam dan kebutuhannya tidak terpenuhi secara adekuat. Selama masa hidupnya, sebagian besar manusia akan mengalami krisis psikologis, sosial atau krisis fisik yang akan mengganggu keseimbangan sistem dan memerlukan bantuan dari luar, termasuk oleh petugas kesehatan khususnya perawat (Fawcett, 2006)

3.        Kepercayaan mengenai keperawatan

Johnson percaya bahwa keperawatan merupakan sebuah profesi yang unik dan mempunyai kontribusi yang signifikan bagi pasien dan melengkapi fungsi dari profesi kesehatan lain. Keperawatan merupakan kekuatan yang menyediakan bantuan ketika ada gangguan pada keseimbangan sistem serta berperan untuk mencegah terjadinya gangguan pada sistem (Fawcett, 2006).

 

Konsep Utama dan Definisi

Fokus teori Johnson ini ada pada konsep bahwa manusia itu merupakan sebuah sistem perilaku. Lebih spesifiknya lagi bahwa model sistem perilaku adalah perilaku sosial manusia yang merupakan tindakan yang dapat diamati pada seseorang sebagai akibat dari kehadiran makhluk lain dalam suatu kehidupan sosial. Perhatian khusus pada konsep ini adalah pada masalah – masalah actual dan potensial baik dari struktur maupun fungsi pada sistem perilaku (Fawcett, 2006). Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep utama dari teori sistem perilaku yang dikembangkan oleh Johnson.

1.        Perilaku (Behavior)

Johnson menerima definisi perilaku seperti dinyatakan oleh para ahli perilaku dan biologi. Output dari struktur dan proses-proses intraorganismik yang keduanya dikoordinasi dan diartikulasi dan bersifat responsive terhadap perubahan sensori stimulasi. Fokus perilaku dipengaruhi oleh kehadiran makhluk sosial lain baik secara actual maupun tak langsung yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama (Alligood, 2014).

2.        Sistem

Dengan menggunakan definisi sistem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson menyatakan sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya. Johnson menerima pernyataan Chin yakni terdapat “organisasi, interaksi, interdependensi dan integrasi bagian dan elemen-elemen. Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adaptasi terhadap kekuatan mengenai mereka (Alligood, 2014)

3.        Sistem Perilaku

Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya . biasanya sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan. Sistem perilaku memiliki sub sistem – sub sistem yang saling berhubungan dan memiliki tugas – tugas tertentu (Alligood, 2014). Berikut akan dibahas mengenai sub sistem dalam sistem perilaku.

4.        Sub Sistem dalam Sistem Perilaku

Suatu subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan fungsinya dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada persilangan budaya/ kebiasaan dan di kontrol oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive. Berikut akan dijelaskan satu persatu mengenai subsistem tersebut menurut Alligood & Tomey (2014) serta Fawcett (2006):

a.    Subsistem Pencapaian (Achievement) : sub sistem pencapaian ini mencoba untuk memanipulasi lingkungan dan berkembang melalui perilaku menjelajah. Fungsinya adalah untuk mengontrol atau menguasai aspek - aspek diri atau lingkungan terhadap standar – standar yang tinggi. Area subsistem ini meliputi ketrampilan intelektual, fisik, kreatifitas, mekanik, sosial dan peran perawatan terhadap orang lain.

b.    Subsistem Hubungan – afiliatif (Attachment-Affiliative) : sub sistem ini merupakan sub sistem yang paling penting karena sub sistem ini membentuk dasar dari semua organisasi sosial. Dalam tingkatan yang paling umum, sub sistem ini menyediakan keamanan dan kelangsungan hidup. Fungsinya adalah untuk pencapaian keamanan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup termasuk keterlibatan sosial, kedekatan dan mempertahankan kekuatan ikatan sosial.

c.    Subsistem Penyerangan - perlindungan (aggressive - protective) : Sub sistem ini berfungsi untuk melindungi dan menjaga diri dan lingkungan sosial. Perilaku agresif tidak hanya dipelajari, namun  merupakan niat utama untuk menyakiti orang lain.

d.   Subsistem Ketergantungan (Dependency) : Dalam pengertian luas, sub sistem ini meningkatkan perilaku menolong yang dibutuhkan untuk tindakan merawat orang lain. Konsekuensi dari sub sistem ini adalah adanya bantuan fisik, perhatian dan kesediaan untuk merawat orang lain.

e.    Subsistem Eliminasi (Eliminative) : Fungsinya adalah untuk eliminasi, yang meliputi kapan, bagaimana dan pada kondisi seperti apa manusia dapat bereliminasi. Sub sistem ini dipengaruhi oleh factor psikologis dan factor sosial dan dapat mengganggu sub sistem ini.

f.     Subsistem Ingesti (Ingestion) : Fungsinya adalah pemuasan nafsu makan yang meliputi kapan, bagaimana, apa, berapa banyak dan pada kondisi seperti apa kita makan. Perilaku ini juga dipengaruhi oleh kondisi – kondisi sosial dan psikologis.

g.    Subsistem Seksualitas (Sexuality) :  Sub sistem ini memiliki 2 fungsi yaitu menghasilkan dan kepuasan. Sub sistem ini meliputi perilaku seks biologis individu, peran identitas gender, termasuk berpasangan dan berpacaran. Respon sistem ini dimulai dari perkembangan peran identitas gender dan termasuk peran seksual yang luas.

h.    Subsistem Perbaikan (Restorative) : Sub sistem ini diperkenalkan oleh Grubbs (1974) sebagai tambahan bagi 7 sub sistem yang telah diungkapkan oleh Johnson sebelumnya. Subsistem ini berfokus pada aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari.

5.        Kesetimbangan

Johnson (1961a) menyatakan bahwa keseimbangan adalah konsep kunci dalam tujuan keperawatan. Keseimbangan didefinisikan sebagai "stabil tetapi lebih atau kurang sementara, keadaan istirahat  di mana individu tersebut selaras dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungan (hlm. 65). "Itu berarti bahwa biologis dan psikologis yang seimbang satu sama lain dengan menimpa kekuatan sosial" (Johnson, 1961, hal. 11). Itu adalah "tidak identik dengan keadaan kesehatan, karena dapat ditemukan baik dalam keadaan sehat atau sakit" (Johnson, 1961, dalam Alligood, 2014).

6.        Persyaratan Fungsional Atau Sustenal

a.    Imperatif

Untuk subsistem pada pengembangkan dan pemelihara stabilitas, masing-masing harus memiliki persediaan kebutuhan fungsi yang  konstan. Lingkungan menyediakan susternal imperative seperti proteksi, pengasuhan, dan stimulasi. Jhonson mencatat bahwa sistem biologis dan semua sistem hidup lainnya memiliki persyaratan yang sama (Alligood, 2014)

b.  Peraturan atau kontrol

Hubungan antara subsistem prilaku harus diatur dalam model sehingga tujuannya dapat dicapai. pengaturan ini menyiratkan bahwa penyimpangan akan terdeteksi dan terkoreksi. Oleh karena itu, umpan balik merupakan alat control yang efectif dan merupakan self-regulation klien. perawat juga dapat bertindak sebagai kekuatan eksternal  untuk menjaga  keutuhan dan integrasi perilaku klien secara optimal dalam situasi sakit atau dalam kondisi di mana perilaku merupakan ancaman bagi kesehatan (Alligood, 2014)

c.    Tekanan

Konsep tekanan didefinisikan sebaga kondisi ketegangan dan dapat dilihat sebagai produk akhir dari gangguan keseimbangan. Ketegangan merupakan  adaptasi konstructif dan dapat berupa menjadi destruktif dimana penggunaan energy tidak efektif, menghambat adaptasi dan berpotensi menyebabkan  kerusakan struktur. Ketegangan merupakan tanda gangguan keseimbangan (Jhonson, 1961 dalamAlligood, 2014).

7.    Stressor

Stimulasi internal dan ekternal menghasilkan ketegangan dan mengakibatkan ketidakstabilan yang disebut dengan stressor. Stimulus mungkin positif dalam diri seseorang atau negative bila sesuatu yang diinginkan tidak terpenuhi. Stimulus baik endogen maupun exogen memainkan satu atau lebih peranan dalam system terbuka yang saling terkait. Sisstem terbuka yang saling terkait merupakan pertukaran yang konstan. Sistem terbuka yang saling terdiri dari psikologi, personilaty, dan kelompok kecil (keluarga) dan system social yang luas. (Jhonson, 1961 dalam Alligood, 2014)

Masing – masing sub sistem tersebut dapat dijabarkan kembali dalam 2 elemen yaitu elemen struktur dan kebutuhan fungsional. Elemen struktur meliputi 4 bagian yaitu tujuan, tindakan, pilihan dan perilaku. Tujuan mengacu pada motivasi untuk melakukan suatu tindakan atau merupakan stimulasi untuk bertindak. Tujuan individu pada tiap sub sistemnya dapat berbeda tergantung pada nilai dan kekuatan individu tersebut. Komponen stuktur ini tidak dapat diobservasi langsung, namun dapat diamati dari tindakan atau perilaku individu (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).

Elemen struktur yang kedua adalah pengaturan yaitu kecenderungan untuk bertindak dalam tindakan tertentu pada situasi – situasi tertentu. Pengaturan ini hanya berkembang sekali dalam masa hidup seorang manusia, dan relative stabil di sepanjang rentang kehidupan. Formasi pengaturan ini dipengaruhi oleh norma sosial, kultur, keluarga, nilai – nilai, dan persepsi (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).

Elemen struktur ketiga adalah pilihan yang merupakan perilaku alternative yang dapat dipilih oleh individu pada situasi – situasi tertentu. Menurut Johnson, individu jarang menggunakan seluruh alternative tindakan tersebut, individu cenderung untuk menggunakan satu pilihan tindakan yang lebih disukai. Apabila tindakan tersebut tidak berhasil menyelesaikan masalah, barulah individu mempertimbangkan alternative lain (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).

Elemen struktur yang keempat adalah tindakan yaitu perilaku yang dapat diamati dari seseorang atau perilaku yang terorganisasi dan terpola dari seseorang pada situasi tertentu. Perilaku tersebut berkembang dan dimodifikasi seiring dengan pendewasaan, pengalaman dan pembelajaran (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006). Selain elemen struktur, dalam subsistem tersebut juga terkandung kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi yaitu proteksi atau perlindungan, perawatan dan stimulasi. Proteksi dibutuhkan untuk melindungi pengaruh dari lingkungan sekitar. Perawatan didapatkan dari suplai adekuat dari lingkungan sekitarnya dan stimulasi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mencegah stagnansi (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).

Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah sistem perilaku individu. Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalaha manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).

 

Penggunaan Bukti Empiris

Sebagian konsep-konsep Johnson yang telah diidentifikasi dan didefinisi dalam teorinya didukung didalam literatur. Letich dan Escolona menyimpulkan bahwa tekanan menyebabkan perubahan perilaku. Dan bahwa manifestasi tekanan oleh individu bergantung pada kedua faktor eksternal dan internal. Johnson memakai teori Selye, Grinker, Simmons dan Wolf untuk mendukung ide bahwa pola-pola spesifik perilaku merupakan reaksi atas stresor masing-masing dari sumber-sumber biologis, psikologis dan sosiologis.

Dalam conceptual models for nursing practise, Johnson menjelaskan 7 sub sistem yang memuat sistem perilaku karya Johnson. Untuk mendukung sub sistem attachment-affiliative, ia menggunakan teori Ainsworth dan Robson. Heathers, Gerwitz, dan Rosenthal telah menguraikan dan menjelaskan ketergantungan prilaku, subsistem lain yang didefinisikan Johnson.

Respon sistem ingestion dan elimination seperti yang dijelaskan Walike, Mead dan Sears juga merupakan bagian sistem perilaku Johnson. Hasil karya Kagan dan Resnik digunakan untuk mendukung subsistem seksual. Sub sistem agresif yang fungsinya melindungi dan memelihara didukung oleh Lorenz dan Feshbach. Menurut Atkinson, Feather dan Crandell, keterampilan-keterampilan fisik, kreatif, mekanis dan sosial ditunjukkan oleh prestasi prilaku, sub sistem lain yang diidentifikasi oleh Johnson.

 

Asumsi Utama

1.        Keperawatan

Tujuan keperawatan adalah untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan system behavioral dan stabilitas atau untuk membantu seseorang  mencapai level keseimbangan dan fungsi yang lebih optimal. Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan eksternal untuk memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi stres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan kontrol. Aktivitas perawatan tidak bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis atau pengobatan (Alligood, 2014).

2.        Manusia

Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola, pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Manusia merupakan system dari bagian-bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.

Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah mengganggu keseimbangan sistem perilaku, integritas manusia terancam. Usaha-usaha manusia untuk membangun kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan penyembuhan (Alligood, 2014).

3.        Kesehatan

Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami (elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, psikologis dan social. Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan subsistem - subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan. Hasil keseimbangan system perilaku adalah 1) pengeluaran energy minimal, adanya keberlangsungan pertahanan biologi dan social, serta bertambahnya derajat kepuasan (Alligood, 2014).

4.        Lingkungan

Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan bagian sistem perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap faktor lingkungan dengan mengatur dan beradaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas seseorang, sejumlah energi dibutuhkan supaya system membangun kembali equilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.

Ketika terjadi sistem perilaku tidak seimbang, maka perawat menjadi regulator lingkungan sementara dengan cara menyediakan kebutuhan fungsional. Sehingga seseorang bisa beradaptasi terhadap stressor. Tipe fungsional dan jumlah kebutuhan akan sangat bervariasi tergantung dari variabel umur, jenis kelamin, kemampuan koping, budaya, type dan keparahan penyakit (Alligood, 2014).

 

Pernyataan Tegas dan Bentuk Logis Teori

Teori sistem perilaku Johnson mengupas 2 komponen utama yaitu pasien dan perawatan. Pasien merupakan sistem perilaku dengan tujuh subsistem yang saling berkaitan. Bagan model sistem perilaku Johnson dapat digambarkan pada bagan berikut :


Setiap subsistem dapat digambarkan dan dianalisa dalam hal persyaratan-pesyaratan struktur dan fungsi. 4 elemn struktural yang telah diidentifikasi yaitu kendali (drive) atau tujuan (goal), kecendrungan bertindak (predisposition), pilihan (choice), atau alternatif untuk bertindak, perilaku (Alligood, 2014)

Setiap subsistem memiliki persyaratan fungsi yang sama yaitu perlindungan, pengasuhan dan stimulasi. Sistem dan sub sistem cendrung bersifat self maintaining dan self perpetuating selama kondisi eksternal dan internal sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan sumbe daya penting terhadap kebutuhan fungsi tidak cocok atau hubungan antara subsistem tidak harmonis maka akan menghasilkan perilaku disfungsional (Alligood, 2014)

Respon-respon oleh subsistem dibangun melalui motivasi, pengalaman dan pembelajaran serta dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial/ sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan cara beradaptasi terhadap stimulan lingkungan dan lingkungan. Perilaku yang dihasilkan merefleksi pengaturan sistem yang berguna terhadap stresor bahkan saat perilaku tidak berfungsi. Karena informasi yang tersedia sedikit tentang peran pasien sulit untuk menilai apakah hubungan antara sistem perilaku dan perawatan bersifat interaktif atau reaktif (Alligood, 2014)

Kondisi ketidakstabilan dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan terhadap intervensi keperawatan. Identifikasi sumber masalah dalam sistem mengarahkan tindakan keperawatan yang cocok yang menghasilkan pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan sistem perilaku. Perawatan dilihat sebagai kekuatan regulator eksternal yang bertindak memulihkan keseimbangan sistem perilaku (Alligood, 2014)

Dengan mengamati hal spesifik dalam prakteknya, literatur keperawatan dan penelitian, Johnson telah menggunakan bentuk logika penalaran induktif untuk mengembangkan teorinya. Ia menyatakan bahwa inti yang umum terdapat dalam perawatan, dimana para praktisi menggunakan banyak setting dalam beragam populasi. Johnson memanfaatkan observasi perilakunya selam bertahun-tahun untuk menformulasikan teori umum tentang manusia sebagai sistem perilaku (Alligood, 2014)

 

Penerimaan oleh Komunitas Perawat

1.        Praktik

Menurut Johnson, teori sistem perilaku memberikan arah untuk praktisi, pendidikan dan pelayanan. Karena tujuan dari suatu teori adalah memelihara dan memulihkan keseian pada pasien dengan menolong mereka mencapailevel fungsional lebih optimal, tujuan juga dinilai oleh perawatan, teori tersebut dapat diterima bagi perawatan. Pengetahuan teori sistem perilaku membuat perawat sadar pentingnya memberikan perlindungan, pengasuhan dan stimulasi yang konstan. Pada tahun 1974, Judy Grubbs mengadaptasi teori proses pean dengan mengembangkan suatu perangkat penilaian dan lembar proses perawatan berdasar pada tujuh subsistem. Pertanyaan-pertanyaan dan observasi terkait dengan tiap subsistem memberikan alat yang handal untuk mengumpulkan data penting. Dengan menggunakan alat bantu ini perawat dapat menemukan pilihan-pilihan perilaku lain yang akan memudahkan pasien menyempurnakan tujuan kesehatan.

Pada tahun yang sama Bonnie Holaday memakai teori tersebut sebagai model untuk mengembangkan alat bantu penilaian ketika merawat anak-anak. Alat bantu ini digunakan perawat untuk menggambarkan perilaku anak-anak secara obyektif dan membimbing tindakan perawatan. Holaday menyimpulkan bahwa pemakai teori Johnson diberikan petunjuk untuk merencanakan dan mengevaluasikan perawatan berdasar pengetahuan ilmiah.

Tahun 1980 Antiotte Rawls mengenalkan usahanya untuk menggunakan dan mengevaluasi  teori sistem perilaku Johnson dalam praktek klinik. Antiotte memakai teori tersebut untuk menilai secara sistematis pasien yang menghadapi kehilangan fungsi pada salah satu lengan dangan. Antiotte menyimpulkan bahwa teori Johnson memerikan alat bantu yang memprediksi akibat-akibat intervensi perawatan, merumuskan standar untuk perawatan dan administrasi pan menyeluruh.

2.        Pendidikan

Carol Loveland-Cherry dan Sharon Wikerson menganalisis teori Johnson menyimpulkan bahwa ia memiliki utilitas (kegunaan) dalam pendidikan. kurikulum yang didasarkan manusia sebagai sistem perilaku akan memiliki tujuan yang pasti dan perencanaan pelatihan yang jelas. Studi akan berfokus pada pasien sebagai sistem perilaku dan ketidak berfungsiannya (disfungsi), dimana membutuhkan pemanfaatan proses perawatan. Sebagai tambahan untuk memahami teori sistem-sistem siswa juga memerlukan pengetahuan bidang biologi dan perhatian pada bidang psikologi dan sosiologi.

3.        Riset

Teori sistem perilaku membawa peneliti pada satu dari dua petunjuk. Seorang peneliti dapat menginvestigasi fungsi sistem dan subsitem dengan berfokus pada ilmu-ilmu dasar, sementara peneliti lain dapat berkonsentrasi pada investigasi aktifitas problem solving dimana mereka mempengaruhi sistem perilaku. Para peneliti perawat telah menunjukan daya guna teori Johnson sebagai kerangka konseptual yang digunakan ketika merawat anak-anak yang terganggu secara visual. Dengan mengevaluasi dan membandingkan citra tubuh yang dirasa dan kesadaran yang luas pada anak-anak yang terlihat normal dengan anak-anak yang terganggu secara visual. Sebagian kecil menemukan bahwa kehilangan panca indra dari gangguan visual akibat perkembangan normal citra tubuh anak dan kesadaran akan tubuhnya diruang. Dia menyimpulkan ketika sistem manusia dibebani stress yang berlen, tujuan-tujuan sistem tidak dapat dipelihara.

Karla Damus menguji validitas teori Johnson dengan membandingkan nilai SGPT pada pasien yang terlindungi hepatitis B dengan angka hasil diagnosis perawat. Damus mengaitkan gangguan psikologis dari nilai nilai SGPT yang tinggi dengandisequilim perilaku dan menemukan bahwa gangguan pada area direfleksikane area yang lain.

Kepercayaan model memiliki potensi dalam perawatan preventif, Majesky menggunakannya untuk membangun alat bantu untuk mengukur indikator-indikator penanganan perawatan pasien. Holaday, Rawl, dan Stamler telah melakukan penelitian menggunakan satu subsistem.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their works (8th ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc.

Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorist and their works (7th ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis andevaluation of nursing  models and theories (2nd ed). Phiadelphia: F.A. Davis Company.

Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing your career: Concepts of professional nursing. 4th Ed. Philadelphia : FA Davis Company.

McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical basis for nursing. 3rd Ed. Philadelphia : Lippincott.

Peterson, S.J., & Bredow, T.S. (2004). Middle range theories: Application to nursing research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.