Tampilkan postingan dengan label TEORI KEPERAWATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TEORI KEPERAWATAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2022

TEORI SUSTER CALISTA ROY

TEORI SUSTER CALISTA ROY

(ADAPTATION MODEL / MODEL ADAPTASI)

Biografi Callista Roy

Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu: focal stimuli, kontekstual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

 

MODEL KONSEP DAN TEORI

Manusia Sebagai System Adaptive

Sistem adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memiliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, output, dan control, serta proses feedback.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan  secara holistik (bio, psicho, sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input (masukan), Control dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan aktififitas Kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup terbuka, dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsional atau beberapa unit fungsional yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistem manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output.

 

Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Sumber : Tomey and Alligood.  2006. Nursing theoriest, utilization and application.   Mosby: Elsevier.

 

1.   Input

·     Stimulus.

Pada manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri:  yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.

Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan dunia luar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989).   “Stimulus Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003)

·     Tingkat Adaptasi

Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan (Input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:

Ø Stimulus Fokal

yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya infeksi

Ø Stimulus Kontektual.

yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.

Ø Stimulus Residual

yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

2.   Proses Kontrol

·     Mekanisme Koping

Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Sundeen; 1995). Manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. 

Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melalui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.

Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan integritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system. Dua Mekanisme Koping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistem Regulator dan Susbsistie Kognator.   Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Fisiologis, Konsep Diri, Fungsi Peran, dan Interdependensi.

·     Regulator dan Kognator

Regulator dan Kognator adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikologis dan Sosial. Subsistem Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin. Subsistem regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistem Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.

3.   Efektor

Dapat dijelaskan bahwa semua input yang masuk diproses oleh subsistem Regulator dan Kognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistem adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).

Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:

·     Perubahan Fungsi Fisiologis

Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan.

Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan nor epinefrin), sirkulasi dan oksigen.

·     Perubahan konsep diri

Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.

Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

·     Perubahan fungsi peran

Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.

Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

·     Perubahan Interdependensi

Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.

Contoh :  kecemasan berpisah.

4.   Output

Menurut Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistem adaptive adalah respon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistem.

Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).

 

Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)

Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan integrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi intergrasi adalah sehat sebaliknya kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat.

Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak menggunakan energi  ini dapat  meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi  yang dihubungkan  dengan konsep adaptasi dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua bagian proses.

Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon.  Perubahan-perubahan itu adalah stressor-stressor atau stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah mekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah  kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, dan pertumbuhan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan  dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.

Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistem adaptasi.

Keperawatan.

Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi, mengklarifikasi dan menghubungkan“ proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin praktek keperawatan  menggunakan  pendekatan pengetahuan secara ilmiah  untuk menyediakan pelayanan  pada orang-orang.

 Lebih spesifik Roy mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan  dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan manusi yang berinteraksi  dengan perubahan lingkungan dan jawaban  terhadap stimulus internal dan eksternal  yang mempengaruhi adaptasi.

Ketika stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan yang baik dan tingkat fungsi yang tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan  adaptasi  dalam tiap  4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan  interdependensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat.

Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area, manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi tidak memerlukan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi, peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

Adaptasi model keperawatan ditetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”. Unit- unit analisis dari  pengkajian keperawatan adalah  interaksi manusia dengan lingkungan.

 Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut   perawat membuat alasan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli. Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.

 Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks proses keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus (baik internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan, pengurangan, pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan faktor-faktor stimulus, pencetus tidak efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang   dibangun oleh tingkat penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan terjadi. Intervensi keperawatan berikutnya, mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini harus dicatat  bahwa dalam model  manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif  dalam  perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan yang saling menguntungkan.

Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan? Jawabannya adalah: Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme Koping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif. Manusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif dan memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi manusia terbebas dari pemakaian energi dan energi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.

Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan

Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan eksternal.

Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi manusia  dan subsistem regulator  dan kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam  area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi  dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain.

Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar  dari model adaptasi keperawatan digambarkan  berikut ini:


Sumber: Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and Function, 3rd ed, DLMN/DLC.

 

DAFTAR PUSTAKA

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.

Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raver Publisher

Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William Heinemann Medical Books

Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 








TEORI MARTHA ELIZABETH ROGER

 TEORI MARTHA ELIZABETH ROGER

(KESATUAN MANUSIA / UNITARY HUMAN BEINGS)

 

Biografi Martha E. Rogers

Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Beliau memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennesse diKnoxville pada tahun 1931.Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxvillepada September 1933.Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di Masville pada tahun 1937.Pada tahun 1945 beliau  mendapat gelar MA dalam bidang pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New York. Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah diUniversitas Johns Hopkins, Baltimre MD dengan  memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di NewYork University pada tahun 1954. Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979 beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994.

Dalam teorinya, Martha Rogers (1970), mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan  alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (Lutjens,1995). Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan dari beberapa bagian (Rogers 1970).Manusia yang utuh merupakan ” Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” (Maminer  – Toey,1994). Keempat dimensi yang di gunakan oleh Martha E. Rogers antara lain yaitu sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian, dan empat dimensionalitas manusia digunakan untuk menentukan prinsip mengenai bagaimana berkembang.

 

Konsep Dasar Teori Martha E. Rogers

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).




Keperawatan adalah ilmu humanistic/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip-prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.

 

Asumsi Dasar teori Martha E. Rogers

Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers (1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:

1.   Manusia adalah satu kesatuan.

Proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.

2.   Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi.

Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.

3.   Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu.

Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.

4.   Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.

Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta yang kreatif dan dinamis.

5.   Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi dan emosi.

Hanya manusia yang mampu untuk berfikir abstrak, membayangkan, bertutur bahasa sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia (Tomey dan Alligood, 2006).

 

Pada tahun 1970 model konsep perawatan karya Martha E. Rogers meletakkan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Proses kehidupan dicirikan oleh keseluruhan (Wholeness), keterbukaan (opennes), kesatuan arah (unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi dan pemikiran (thought). Kemudian pada tahun 1983 Rogers merumuskan empat blok bangunan sebagai modelnya atau Building Blocks, yang terdiri dari:

1.   Energy Fields (Bidang Energi)

Bidang energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.

2.   Universe of Open System (Sistem terbuka).

Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka, menyatu antara satu dengan yang lainnya.

3.   Pattern (Pola)

Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu indikasi sakit atau penyakit.

4.   Pandimensionality (Empat kedimensian)

Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa batas (Marriner, 2001).

 

Menurut Martha E Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya.

Dalam model Rogers, manusia yang utuh dan lingkungan saling berhubungan dan berkembang secara berkesinambungan dan simultan. Baik manusia maupun lingkugan mempunyai empat konsep utama yaitu lapang energi, sistem terbuka, pola, dan empat dimensionalitas. Sifat dan arah hubungan antara manusia dan lingkungannya diperlihatkan melalui tiga prinsip hemodinamik dirumuskan oleh Rogers untuk menguraikan sifat dan arah perubahan yang berasal dari sistem konseptual yang telah digambarkan Prinsip-prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu:

1.   Integral

Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.

2.   Resonansi.

Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran adalah pola manusia dan bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu.Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat.

3.   Helicy.

Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan. Jika pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.

Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan bidang lingkungan hidup manusia.Arah perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola tumbuh.

 

Human / Environmental Field

Seumber: Alilgood, Martha R. 2006. Nursing Theory Utilization dan Aplication


Theori of Power as Knowing Participation In Change

Teori yang dikemukakan oleh Barret (1986), untuk mengetahui participasi dalam perubahan muncul dari prinsip helicy dalam model Roger. Teori ini memberikan arahan bagi perawat berpartisipasi dalam merawat manusia. Dalam teori ini di usulkan sebagi peningkatan pengetahuan, demikian juga kemampuan untuk berpartisipasi. 

Barret (2000), menggambarkan kekuatan sebagai kesadaran atas apa yang kita pilih untuk lakukan, merasa bebas untuk melakukan dan terus melakukan, Ia menyebut kekuatan juga merupakan sifat relatif dengan organisasiyang lebih konsisten dari pola manusia dan lingkunagan. Dia menentukan bahwa seseorang harus memiliki pengetahuan pada wujud polanya untuk partisipasi yang bermamfaat dalam proses pola yang terjadi.

 

Asumsi Utama Konsep Sentral Dari Model Konseptual Martha E. Rogers

Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep sentral adalah sebagai berikut :

1.   Keperawatan.

Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).

2.   Kesehatan.

Merupakan ungkapan dari proses kehidupan yang ditandai oleh perilaku-perilaku yang timbul dari interaksi bersama dan simultan antara manusia dan lingkungan mereka. Kesehatan dipandang sebagai saling tukar dan interaksi yang berkesinambungan ke arah potensi kesehatan maksimun dengan penekanan pada promosi.

3.   Lingkungan.

Merupakan lapang energi empat dimensi yang tidak dapat dikurangi dengan pola dan karakteristik yang berbeda dari bagian-bagiannya. Suatu lapang lingkungan adalah unik untuk lapang manusia yang spesifik, meskipun kedua bidang tersebut masih secara bersinambungan berubah dan secara kreatif berkembang bersama.

4.   Manusia.

Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan (Christensen, 2009).

 

Karakteristik Teori

1.   Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip homeodynamic untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat keperawatan dengan cara berbeda.

2.   Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan, melalui blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.

3.   Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa konsepsi Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan (Fawcert,1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi dan berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada penggunaan sistem terbuka yang kompleks.

4.   Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji untuk memperluas teori.

5.   Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum tubuh dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan masalah penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi operasional, dan instrumen yang valid untuk mengukur hasil sehingga keperawatan benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem abstrak Roger.

6.   Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktek mereka. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan, pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna, musik, dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.

7.   Teori harus konsisten dengan validasi teori lain, hukum, dan prinsip-prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk menghasilkan pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal intervensi untuk praktek keperawatan. Sistem Rogersjuga telah berperan dalam pengembangan teori-teorilainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya dua contoh tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha R. 2006. Nursing Theory Utilization Dan Applicatio. Fourth Edition. Mosbi Elsever

Ari, Thomas. 2013.  Teori Keperawatan Martha E rogers. http://thomas1945. Blogspot.com/2013/11/teori keperawatan marha e roger. Html

Asmadi, 2008.  Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Christensen, Paula. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Keperawatan (Nursing Proses Aplikasion of Conseptual Models) edisi 4. Jakarta: EGC.

Fotter dan perry. 2005. Buku ajar Fungdamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktek. Ed. 4. Jakarta:EGC

Muwarni, 2008.   Pengantar Konsep dasar Keperawatan.  Yogyakarta: Fitramaya

Kim, Hesook Suzie & Kollak, Ingrid. 2006.Nursing Theories, Conceptual & Philosophical Foundations. Second edition. New York: Springer Publishing Company.

Marriner, Ann. 2001. Nursing Theorists And Their Work. Mosby Company.

Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing Company.

Smith, Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed.  New York: Springer Publishing Company.

Tomey dan Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby Company St. Louis