Tampilkan postingan dengan label TEORI KEPERAWATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TEORI KEPERAWATAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Oktober 2025

TEORI KEPERAWATAN PATRICIA BENNER — FROM NOVICE TO EXPERT

 

TEORI KEPERAWATAN PATRICIA BENNER — FROM NOVICE TO EXPERT

 

BIOGRAFI SINGKAT PATRICIA BENNER

Patricia Benner merupakan salah satu tokoh keperawatan modern yang memberikan kontribusi penting dalam pengembangan teori praktik keperawatan. Ia memperkenalkan From Novice to Expert Theory yang menggambarkan perkembangan keterampilan klinis perawat melalui pengalaman dan pembelajaran.¹ Teori ini menegaskan bahwa keahlian perawat tidak hanya dibangun melalui pengetahuan teoretis, tetapi juga dari praktik langsung dan refleksi terhadap pengalaman klinik sehari-hari.² Model Benner membantu memahami bagaimana perawat berkembang dari tingkat pemula (novice) menjadi ahli (expert) dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Konsep ini relevan untuk pendidikan, manajemen, dan pengembangan karier perawat di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.³

Patricia Sawyer Benner lahir pada tahun 1942 di Hampton, Virginia, Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang Stress, Coping, and Health dari University of California, Berkeley, dan menjadi profesor di School of Nursing, University of California, San Francisco.⁴ Benner terinspirasi oleh model Dreyfus Skill Acquisition Model, yang kemudian ia adaptasi ke dalam konteks keperawatan. Hasilnya, lahirlah buku berjudul From Novice to Expert: Excellence and Power in Clinical Nursing Practice (1984), yang menjadi salah satu karya klasik dalam teori keperawatan.⁵

 

KONSEP UTAMA TEORI BENNER

Benner mengemukakan bahwa pengetahuan dan keterampilan perawat berkembang melalui pengalaman praktik yang berkelanjutan.⁶ Ia mengidentifikasi lima tahap perkembangan kompetensi perawat sebagai berikut:

1.     Novice (Pemula)

Perawat baru yang belum memiliki pengalaman nyata. Mereka bergantung pada aturan dan pedoman yang kaku dalam bertindak.⁷

2.     Advanced Beginner (Pemula Lanjut)

Perawat mulai mengenali pola-pola klinis dasar dari pengalaman nyata. Mereka masih membutuhkan bimbingan, tetapi mulai memahami konteks situasi.⁸

3.     Competent (Kompeten)

Setelah sekitar 2–3 tahun pengalaman kerja, perawat dapat membuat rencana tindakan secara sadar dan sistematis. Mereka memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerja.⁹

4.     Proficient (Cakap)

Perawat memiliki intuisi dan memahami situasi secara holistik. Mereka mampu mengantisipasi kejadian dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi pasien.¹⁰

5.     Expert (Ahli)

Pada tahap ini, perawat bertindak berdasarkan intuisi dan pengalaman mendalam tanpa perlu banyak analisis sadar.¹¹ Mereka dapat mengidentifikasi masalah bahkan sebelum gejala klinis muncul.

 

ASUMSI DASAR TEORI

Dalam teori Patricia Benner mengemukanan teorinya dengan beberapa asumsi dasar yaitu sebagai berikut:¹²

1.     Pengalaman klinik adalah sumber utama pembelajaran profesional.

2.     Pengetahuan praktis lebih luas daripada teori yang diajarkan di ruang kelas.

3.     Keahlian berkembang secara bertahap melalui pengalaman reflektif.

4.     Setiap tingkat memiliki karakteristik kognitif dan afektif yang berbeda.

 

HUBUNGAN DENGAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Pada Teori Patricia Benner ini berhubungan erat dengan empat konsep utama paradigma keperawatan:¹³

1.     Manusia (Human): Individu yang belajar dan berkembang melalui pengalaman.

2.     Kesehatan (Health): Kemampuan untuk beradaptasi dan memberi makna terhadap pengalaman hidup.

3.     Lingkungan (Environment): Tempat di mana proses belajar dan praktik keperawatan berlangsung.

4.     Keperawatan (Nursing): Proses interaktif yang menggabungkan pengetahuan teoretis dan pengalaman praktis untuk memberikan asuhan terbaik.

 

PENERAPAN TEORI

Penerapan dalam Praktik Keperawatan

Dalam praktik klinik, teori Benner digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi perawat dan menyesuaikan tanggung jawab sesuai tahap perkembangannya.¹⁴

1.     Perawat novice memerlukan supervisi ketat.

2.     Perawat competent dapat menjadi penanggung jawab unit.

3.     Perawat expert sering dijadikan mentor atau konsultan klinis.

Teori ini juga menjadi dasar dalam sistem jenjang karier keperawatan seperti Clinical Ladder Program di rumah sakit modern.¹⁵

Penerapan dalam Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan, teori ini digunakan untuk merancang kurikulum berbasis pengalaman (experiential learning). Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengintegrasikan teori dan praktik melalui pembelajaran klinik yang berulang.¹⁶ Selain itu, teori Benner mendukung pembelajaran reflektif — di mana mahasiswa diajak meninjau kembali pengalaman klinik mereka untuk menemukan makna, kesalahan, dan pembelajaran baru.¹⁷

Penerapan dalam Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan

Teori Benner juga relevan dalam pengembangan kepemimpinan keperawatan. Manajer perawat dapat menggunakan model ini untuk menilai kemampuan staf, menyusun program pelatihan, dan mengembangkan mentor bagi perawat baru.¹⁸

 

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI

Kelebihan

1.     Menyediakan model realistis tentang perkembangan keahlian perawat.

2.     Mudah diterapkan di berbagai konteks (pendidikan, klinik, manajemen).

3.     Mendorong refleksi dan pembelajaran berkelanjutan.¹⁹

Kelemahan

1.     Kurang mempertimbangkan faktor eksternal seperti budaya organisasi dan kebijakan kesehatan.

2.     Belum menjelaskan secara detail aspek kognitif yang terlibat dalam pengambilan keputusan.²⁰

3.     Tidak sepenuhnya berlaku pada konteks praktik non-klinik (misalnya keperawatan komunitas atau riset).

 

DAFTAR PUSTAKA

Benner, P. (1984). From Novice to Expert: Excellence and Power in Clinical Nursing Practice. Addison-Wesley.

Benner, P., Tanner, C. A., & Chesla, C. A. (2009). Expertise in Nursing Practice: Caring, Clinical Judgment, and Ethics (2nd ed.). Springer.

Alligood, M. R. (2017). Nursing Theorists and Their Work (9th ed.). Elsevier.

Fawcett, J. (2018). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (3rd ed.). Wolters Kluwer.

Meleis, A. I. (2018). Theoretical Nursing: Development and Progress (6th ed.). Wolters Kluwer.

McEwen, M., & Wills, E. M. (2019). Theoretical Basis for Nursing (5th ed.). Wolters Kluwer.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. (2021). Fundamentals of Nursing (10th ed.). Elsevier.

Cash, K., & Tate, B. (2008). Developing the Expertise of Nurse Educators. Journal of Nursing Education, 47(9).

Dyess, S. M., & Sherman, R. O. (2009). The First Year of Practice: New Graduate Nurses’ Transition and Learning Needs. Journal of Continuing Education in Nursing, 40(9).

Kelly, P. (2012). Essentials of Nursing Leadership & Management (3rd ed.). Cengage Learning.

 

TEORI KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

 

TEORI KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

 

BIOGRAFI

Florence Nightingale dikenal sebagai pelopor keperawatan modern yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan dasar-dasar teori keperawatan. Ia memperkenalkan konsep bahwa kebersihan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kesembuhan pasien.¹ Pandangan tersebut kemudian dikenal dengan Environmental Theory atau Teori Lingkungan, yang hingga kini tetap menjadi landasan utama dalam praktik keperawatan di seluruh dunia. Dalam sejarahnya, Nightingale menulis Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not (1860), buku yang menjelaskan bagaimana lingkungan yang sehat dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi angka kematian pasien.² Teori ini tidak hanya menyoroti aspek medis, tetapi juga menempatkan perawat sebagai agen perubahan lingkungan demi kesejahteraan pasien.

Florence Nightingale lahir pada 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dan dikenal sebagai The Lady with the Lamp karena dedikasinya merawat prajurit Inggris selama Perang Krimea.³ Ia menolak norma sosial zamannya dengan memilih jalur keperawatan—profesi yang kala itu dipandang rendah—dan justru menjadikannya profesi ilmiah yang bermartabat. Pada tahun 1860, Nightingale mendirikan Nightingale Training School for Nurses di Rumah Sakit St. Thomas, London, yang kemudian melahirkan generasi perawat profesional pertama di dunia.⁴

 

KONSEP UTAMA TEORI LINGKUNGAN

Teori Nightingale menekankan bahwa kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Ia mengidentifikasi lima komponen utama yang berperan penting:⁵

1.     Udara Bersih (Pure Air)

Ventilasi yang baik membantu mencegah penumpukan udara kotor dan mempercepat pemulihan pasien.

2.     Air Bersih (Pure Water)

Air bersih penting untuk kebersihan tubuh, konsumsi, serta sanitasi lingkungan.

3.     Drainase Efektif (Efficient Drainage)

Sistem pembuangan limbah yang baik mencegah penyebaran penyakit.

4.     Kebersihan (Cleanliness)

Lingkungan bersih mengurangi risiko infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.

5.     Cahaya (Light)

Paparan sinar matahari dipercaya memiliki efek terapeutik terhadap kesehatan fisik dan mental pasien.

Selain itu, Nightingale menegaskan bahwa perawat bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang optimal bagi kesembuhan pasien, bukan hanya memberikan obat atau tindakan medis.⁶

 

ASUMSI DASAR TEORI

Pada Teori Florence Nightingale, dia mengemukakan beberapa asumsi dasar yang ada pada teorinya yaitu:⁷

1.     Lingkungan yang buruk menyebabkan penyakit.

2.     Alam memiliki kekuatan penyembuhan alami jika tidak dihalangi oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat.

3.     Perawat harus menempatkan pasien dalam kondisi terbaik agar alam dapat bekerja secara optimal dalam proses penyembuhan.

 

HUBUNGAN DENGAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Teori Nightingale juga berhubungan erat dengan empat konsep utama dalam paradigma keperawatan, yaitu:⁸

1.     Manusia (Human): Individu yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosialnya.

2.     Kesehatan (Health): Kondisi seimbang antara lingkungan dan tubuh.

3.     Lingkungan (Environment): Faktor eksternal yang memengaruhi proses penyembuhan.

4.     Keperawatan (Nursing): Tindakan perawat untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan agar mendukung kesembuhan pasien.

 

PENERAPAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN MODERN

1.     Implementasi di Rumah Sakit

Di rumah sakit modern, teori Nightingale diterapkan melalui berbagai upaya seperti menjaga kebersihan ruangan, pengaturan ventilasi, pencahayaan alami, serta kontrol terhadap limbah medis.⁹ Perawat berperan memastikan semua elemen tersebut berfungsi dengan baik untuk menciptakan lingkungan penyembuhan yang aman dan nyaman.

2.     Penerapan di Keperawatan Komunitas

Dalam konteks komunitas, prinsip Nightingale diterapkan melalui promosi kesehatan lingkungan seperti sanitasi air, pembuangan limbah, dan pencegahan penyakit berbasis lingkungan.¹⁰

3.     Aplikasi dalam Keperawatan Holistik

Nightingale juga mengilhami pendekatan holistik di mana perawat memperhatikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien.¹¹ Dengan demikian, lingkungan bukan hanya berarti fisik, tetapi juga suasana emosional dan sosial yang mendukung kesejahteraan pasien.

 

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI

Kelebihan

1.     Menjadi dasar pengembangan teori keperawatan lainnya.

2.     Menyediakan pendekatan holistik terhadap kesehatan pasien.

3.     Mudah diterapkan dalam berbagai konteks pelayanan kesehatan.

Kelemahan

1.     Terlalu fokus pada aspek lingkungan fisik dan kurang menyoroti dimensi psikososial pasien.

2.     Tidak menjelaskan secara rinci mekanisme fisiologis penyembuhan.

3.     Tidak sepenuhnya sesuai dengan konteks modern seperti penggunaan teknologi medis yang kompleks.¹²

 

DAFTAR PUSTAKA

Nightingale, F. (1860). Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not. Harrison and Sons.

Dossey, B. M., Selanders, L. C., Beck, D. M., & Attewell, A. (2005). Florence Nightingale Today: Healing, Leadership, Global Action. Springer.

Selanders, L. C., & Crane, P. C. (2012). The Voice of Florence Nightingale on Advocacy. Online Journal of Issues in Nursing, 17(1).

McDonald, L. (2010). Florence Nightingale: A Very Brief History. Bloomsbury.

Alligood, M. R. (2017). Nursing Theorists and Their Work (9th ed.). Elsevier.

Fawcett, J. (2018). Contemporary Nursing Knowledge (3rd ed.). Wolters Kluwer.

Meleis, A. I. (2018). Theoretical Nursing: Development and Progress (6th ed.). Wolters Kluwer.

McEwen, M., & Wills, E. M. (2019). Theoretical Basis for Nursing (5th ed.). Wolters Kluwer.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. (2021). Fundamentals of Nursing (10th ed.). Elsevier.

LeMone, P., Burke, K. M., Bauldoff, G., & Gubrud, P. (2019). Medical-Surgical Nursing (8th ed.). Pearson.

Dossey, L. (2020). The Relevance of Nightingale’s Environmental Theory in Holistic Nursing Practice. Holistic Nursing Practice, 34(3).

McDonald, L. (2013). Florence Nightingale: A Research-Based Biography. Routledge.

 

Selasa, 23 September 2025

FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

 

FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

 

PENDAHULUAN

Keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktik profesional berkembang dari dasar pemikiran yang kokoh. Dua konsep fundamental yang menjadi fondasi keperawatan adalah falsafah keperawatan dan paradigma keperawatan. Falsafah keperawatan menjelaskan pandangan dasar, nilai, dan keyakinan yang menjadi pedoman perawat dalam memberikan asuhan. Sedangkan paradigma keperawatan menjelaskan kerangka konseptual yang memandu hubungan antar konsep inti dalam ilmu keperawatan. Pemahaman tentang falsafah dan paradigma sangat penting untuk membangun praktik keperawatan yang profesional, humanis, dan berbasis ilmu.

 

FALSAFAH KEPERAWATAN

Defenisi

Filsafat berasal dari akar kata Yunani philo (cinta) dan sophia (kebijaksanaan), yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Filsafat adalah disiplin ilmu yang menyelidiki hakikat pengetahuan, realitas, eksistensi, etika, dan nilai-nilai.

Filsafat menantang individu untuk berpikir mendalam, mengajukan pertanyaan-pertanyaan esensial, dan memaknai pengalaman manusia dan dunia di sekitarnya (Bender dkk., 2021; SharifiHeris dkk., 2023).

Falsafah keperawatan adalah seperangkat keyakinan, nilai, dan pandangan hidup yang menjadi landasan berpikir dan bertindak bagi perawat dalam memberikan pelayanan. Falsafah ini mencerminkan cara pandang perawat terhadap manusia, kesehatan, lingkungan, dan praktik keperawatan (Alligood MR, 2022).

Menurut Watson (2008), falsafah keperawatan menekankan nilai caring, dimana hubungan manusiawi antara perawat dan klien menjadi inti dari praktik. Caring bukan sekadar tindakan, melainkan sikap moral, etika, dan komitmen untuk meningkatkan martabat manusia.

Fungsi

1.       Memberikan pandangan holistik terhadap manusia (biologis, psikologis, sosial, spiritual). 

2.       Menjadi dasar dalam memberikan asuhan yang berkualitas. 

3.       Mengarahkan pada tindakan keperawatan yang didasarkan pada alasan logis, bukan hanya metode empiris. 

Elemen Kunci Falsafah Keperawatan

1.       Humanisme dan Holistik: 

Perawat memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh, memenuhi semua kebutuhan (biologis, psikologis, sosial, dan spiritual) secara komprehensif. 

2.       Prinsip Keadilan: 

Perawatan yang diberikan tanpa memandang perbedaan suku, agama, status sosial, atau ekonomi. 

3.       Kemitraan Klien: 

Klien dianggap sebagai mitra yang aktif dalam proses pelayanan perdarahan. 

4.       Konteks Sistem Kesehatan: 

Pelayanan pertolongan adalah bagian dari tim kesehatan yang lebih besar, bukan praktik individu. 

5.       Nilai-Nilai Pribadi Perawat: 

Falsafah ini juga merupakan pernyataan nilai-nilai, etika, dan keyakinan perawat yang memotivasi mereka dalam profesi ini. 

Mengapa Falsafah Keperawatan Penting?

1.       Pedoman Praktik: 

Falsafah menjadi kerangka dasar untuk melakukan tindakan keperawatan yang berdasarkan prinsip-prinsip humanisme dan kebenaran. 

2.       Pengembangan Profesional: 

Membantu perawat untuk mengembangkan motivasi dan arah dalam praktik perawatan mereka. 

3.       Peningkatan Kualitas Layanan: 

menandakan bahwa pengasuhan yang diberikan bersifat komprehensif, berpusat pada klien, dan penuh empati. 

 

PARADIGMA KEPERAWATAN

Defenisi

Paradigma berasal dari kata Yunani “Paradigma” yang berarti contoh, teladan dan pola atau model, yang berasal dari kata kerja “Paradeiknumi” yang berarti memperlihatkan, menyediakan dan dipaparkan. “Para” berarti “di samping” dan “dekat”, sedangkan “deiknumi” berarti menunjuk dan memperlihatkan. Kata Yunani “Paradigma” telah digunakan oleh Plato dalam teks-teks Yunani sebagai model atau pola yang digunakan oleh Demiurge (Tuhan) untuk menciptakan alam semesta dan kosmos (Bahramnezhad, F. dan Salsali, M. 2013).

Fungsi

Fungsi paradigma keperaawatan yaitu (McEwen M, Wills EM., 2019):

1.       Landasan pengembangan teori keperawatan.

2.       Acuan dalam praktik klinis.

3.       Panduan dalam penelitian keperawatan.

4.       Pedoman dalam pendidikan keperawatan. 

Komponen

Mengembangkan filosofi keperawatan membutuhkan pemahaman tentang metaparadigma keperawatan. Hardy (1978) memperkenalkan penggunaan paradigma dalam keperawatan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang profesi ini. Metaparadigma keperawatan merupakan fondasi bagi pengetahuan dan filosofi keperawatan (Fawcett, 1984). Komponen dalam Paradigma keperawatan yaitu empat konsep yang tercantum di bawah ini, mewakili elemen inti dari semua teori keperawatan.

1.       Orang (Person): Fokus perawatan keperawatan

Contoh: Teori Perawatan Manusia Watson memandang pasien secara holistik, sedangkan model Sistem Perilaku Johnson memandang orang tersebut melalui lensa tujuh subsistem yang berbeda.

2.       Kesehatan (Health): Tergantung pada teori yang digunakan, kesehatan dan penyakit dapat dianggap sebagai dua konstruksi (atau konsep) yang terpisah atau kesehatan dan penyakit dipandang sebagai suatu kontinum (berubah perlahan seiring waktu).

Contohnya: Teori Pencapaian Tujuan King memandang kesehatan sebagai suatu keadaan fungsional sepanjang hidup seseorang (suatu kontinum), sedangkan model Sistem Neuman memandang kesehatan dan penyakit sebagai dua konstruksi yang terpisah.

3.       Keperawatan (Nursing) : Suatu proses di mana perawat memberikan asuhan. Prosesnya berubah tergantung pada teori yang digunakan.

Contoh: Teori Perawatan Manusia Watson memandang keperawatan sebagai pemberian perawatan dengan menggunakan 10 faktor karatif sedangkan teori Defisit Perawatan Diri Orem dimana fokus perawatan perawat adalah membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka.

4.       Lingkungan (Enviroment) : lingkungan seseorang dalam konteks global (Fawcett, 2005) (Mintz-Binder, 2019)

metaparadigma

Keempat konsep metaparadigma berinteraksi dan saling terkait. Saat merumuskan filosofi keperawatan, individu harus mempertimbangkan bagaimana masing-masing konsep ini saling terkait dengan ilmu dan seni keperawatan, serta bagaimana hubungan ini berlaku pada nilai dan sistem keyakinan pribadinya.

 

Pola Dasar Pengetahuan dalam Keperawatan

Menurut Carper (1978) Pola Dasar Pengetahuan dalam Keperawatan membantu perawat dalam menciptakan filosofi keperawatan. Empat pola pengetahuan tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Pengetahuan pribadi

2.       Empiris : ilmu keperawatan

3.       Etika : moralitas​

4.       Estetika : seni keperawatan

Carper (1978) menyatakan bahwa pola pengetahuan merepresentasikan kompleksitas dan keragaman dalam praktik keperawatan. Memasukkan pola pengetahuan ke dalam filosofi seseorang melambangkan perspektif dan signifikansi pribadi bagi praktiknya. Pola pengetahuan ini tidak eksklusif satu sama lain, serupa dengan metaparadigma; sebaliknya, elemen-elemen dari setiap pola bekerja sama untuk menjelaskan praktik keperawatan secara keseluruhan.

Merefleksikan empat pola pengetahuan menghasilkan kesadaran akan pengetahuan pribadi dan profesional, keyakinan moral dan etika, sains (seperti penelitian dan praktik berbasis bukti), dan imajinasi kreatif (estetika). Carper (1978) merangkum makna keperawatan dalam kerangka empat pola pengetahuan:

“Dengan demikian, keperawatan bergantung pada pengetahuan ilmiah tentang perilaku manusia dalam keadaan sehat dan sakit, persepsi estetika terhadap pengalaman manusia yang signifikan, pemahaman pribadi tentang individualitas diri yang unik, dan kapasitas untuk membuat pilihan dalam situasi konkret yang melibatkan penilaian moral tertentu (hlm. 22).”

 

HUBUNGAN FALSAFAH DENGAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Falsafah dan paradigma memiliki hubungan yang erat. Falsafah keperawatan memberikan landasan nilai dan keyakinan fundamental, sedangkan paradigma keperawatan memberikan kerangka konseptual untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam praktik.

Sebagai contoh, falsafah caring menurut Watson berlandaskan nilai kemanusiaan, sedangkan paradigma keperawatan menyediakan kerangka untuk menerapkan caring dalam konteks hubungan perawat-pasien, interaksi dengan lingkungan, serta upaya peningkatan kesehatan (Watson J., 2008).

Dengan demikian:

  • Falsafah → memberi arah dan makna bagi profesi keperawatan.
  • Paradigma → memberi struktur dan kerangka kerja untuk menerapkan falsafah keperawatan.

Hubungan ini memastikan bahwa praktik keperawatan tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga berlandaskan nilai kemanusiaan yang mendalam.

 

 

REFERENSI

Alligood MR. (2022) Nursing Theorists and Their Work. 9th ed. St. Louis: Elsevier

Watson J. (2008) Nursing: The Philosophy and Science of Caring. Revised ed. Boulder: University Press of Colorado.

Bahramnezhad, F. dan Salsali, M. (2013) Keperawatan pada Tahap Pra-Paradigma atau Paradigma. Jurnal Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Kesehatan, 1, 268-276.
http://jqr.kmu.ac.ir/~ijhcr/browse.php

Carper, B. A. (1978). Fundamental patterns of knowing in nursing. Advances in Nursing Science, 1, 13-23. https://journals.lww.com/advancesinnursingscience/citation/1978/10000/Fundamental_Patterns_of_Knowing_in_Nursing.4.aspx

Fawcett, J. (1984). The metaparadigm of nursing: Present status and future refinements. Journal of Nursing Scholarship, 16(3), 84-87, http://doi.org/10.1111/j.1547-5069.1984.tb01393.x

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of nursing models and theories (2nd ed.). F. A. Davis.

Hardy, M. E. (1978). Perspectives on nursing theory. Advances in Nursing Science, 1, 37-48. https://journals.lww.com/advancesinnursingscience/citation/1978/10000/Perspectives_on_Nursing_Theory.6.aspx

Marchuk, A. (2014). A personal nursing philosophy in practice. Journal of Neonatal Nursing20, 266–273. http://doi.org/10.1016/j.jnn.2014.06.004

McEwen M, Wills EM. (2019) Theoretical Basis for Nursing. 6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Selasa, 08 Oktober 2024

KONSEP TEORI KEPERAWATAN

KONSEP TEORI KEPERAWATAN

 

PENDAHULUAN

Ilmu keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu memiliki fondasi yang kuat dalam bentuk teori. Teori keperawatan berfungsi sebagai landasan untuk praktik, penelitian, serta pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan. Keberadaan teori membuat praktik keperawatan tidak sekadar rutinitas teknis, tetapi memiliki dasar ilmiah yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perkembangan teori keperawatan diawali dari tokoh-tokoh seperti Florence Nightingale yang menekankan pentingnya lingkungan dalam proses penyembuhan, hingga teori modern yang lebih kompleks seperti model caring Jean Watson atau konsep self-care Dorothea Orem. Dengan memahami definisi teori, komponen suatu teori, serta jenis dan tingkatan teori, mahasiswa maupun praktisi keperawatan dapat meningkatkan kualitas praktik keperawatan yang lebih efektif, berorientasi pada pasien, serta berbasis bukti ilmiah.

 

DEFINISI TEORI DAN TEORI KEPERAWATAN

Secara umum, teori dapat diartikan sebagai seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antarvariabel untuk tujuan menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol fenomena tersebut.¹

Teori keperawatan adalah kerangka konseptual yang dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan, menggambarkan, memprediksi, dan mengontrol praktik keperawatan. Teori ini memberikan arahan dalam praktik keperawatan, penelitian, dan pendidikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan klinis berdasarkan kerangka ilmiah.²

Meleis menjelaskan bahwa teori keperawatan berfungsi untuk mengorganisasikan pengetahuan, memberikan panduan dalam penelitian, serta membantu pengembangan ilmu keperawatan sebagai disiplin mandiri.³ Dengan demikian, teori keperawatan tidak hanya menguraikan apa yang dilakukan perawat, tetapi juga mengapa tindakan tersebut dilakukan dan bagaimana hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

 

KOMPONEN SUATU TEORI

Sebuah teori, termasuk teori keperawatan, umumnya memiliki beberapa komponen penting, yaitu:

1.       Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari fenomena nyata yang dirumuskan menjadi istilah. Misalnya, konsep “kesehatan”, “adaptasi”, atau “caring”.

2.       Definisi
Definisi memberikan penjelasan lebih rinci mengenai suatu konsep agar dapat dipahami secara konsisten.

3.       Asumsi
Asumsi adalah proposisi dasar yang diterima tanpa pembuktian, namun menjadi landasan berpikir teori.

4.       Proposisi
Proposisi menunjukkan hubungan antar konsep dalam suatu teori.

5.       Model
Model sering kali menyertai teori sebagai representasi visual untuk memudahkan pemahaman hubungan antar konsep.

Meleis menekankan bahwa teori yang baik harus memiliki kejelasan konsep, konsistensi logis, serta dapat diaplikasikan dalam praktik.⁴

 

KOMPONEN DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN

Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori-teori keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi:

1.       Manusia

Konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh.

2.       Keperawatan

Komponen keperawatan merupakan suatu komponen yang berarti bentuk layanan kesehatan profesional yang saat ini disebut sebagai seni dan ilmu yang mencakup berbagai aktivitas, konsep, dan keterampilan yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lain.

Keperawatan memiliki fungsi yang unik, yaitu membantu individu, baik sehat maupun sakit. Fungsi ini ditampilkan dengan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan membantu klien mendapatkan kematian yang damai. Hal ini dilakukan untuk membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.

3.       Lingkungan

Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan

4.       Kesehatan

Paradigma sehat merupakan cara pandang dan juga pola pikir yang dimiliki seseorang mengenai kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara dinamis dan lintas sektoral.

 

JENIS DAN TINGKATAN TEORI

Jenis Teori

1.      Teori Deskriptif: menjelaskan fenomena tanpa memprediksi hubungan sebab-akibat. Misalnya, teori Nightingale tentang lingkungan.⁵

2.       Teori Eksplanatif : menjelaskan hubungan antar fenomena.

3.       Teori Prediktif : digunakan untuk memprediksi fenomena atau hasil tertentu.

4.       Teori Preskriptif : memberikan arahan tindakan praktis yang harus dilakukan.

 

Tingkatan Teori

Meleis (2018) dan McEwen & Wills (2019) membagi teori keperawatan ke dalam beberapa tingkatan:

1.       Philosophical Theory / Metatheory

Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstrak) yang dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Filosofi adalah teoritis beberapa kegiatan yang menunjukkan satu atau lebih konsep-konsep metaparadigma (manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan) dan sebuah filosofi ilmiah. Filosofi dapat dikatakan sebagai metatheory yaitu tingkatan yang paling abstrak dari semua level teori.

Metatheory memiliki karakteristik yaitu untuk memprediksi, menjelaskan, memahami tentang fenomena keperawatan melalui proses analisa, menjelaskan alasan, dan pendapat-pendapat logis. Selain itu, metatheory memiliki karakteristik sebagai pandangan awal/asumsi dasar tentang pengembangan pengetahuan dengan memberikan panduan atau membentuk dasar dari pengembangan tersebut. Fungsi metatheory adalah ringkasan pemikiran, misi sosial suatu disiplin ilmu (Lestari et al., 2018).

Teori ini juga digunakan untuk menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dengan cara :

a.   Mengidentifikasi mengenai tujuan dan macam teori yang diperlukan dalam keperawatan

b.   Mengembangkan dan menganalisa metode yang digunakan dalam teori keperawatan

c.   Menentukan kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi teori keperawatan yang ada

Metatheory adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan prefix “meta” yang berarti perubahan pada posisi, yakni pada level tertinggi atau “melebihi” dan merujuk pada body of knowledge atau tentang suatu bidang pembelajaran. Metatheory memberikan panduan bagaiman cara menggeneralisasi, menggunakan dan menguji teori, tapi tidak bisa diberlakukan terhadap dirinya sendiri (McKenna, 2006). Melalui studi, penalaran, dan argumentasi logis, filsafat keperawatan menetapkan makna fenomena keperawatan. Pengetahuan keperawatan menjadi berorientasi (disiplin) dengan filosofi, yang berfungsi sebagai landasan pemahaman akademik, profesional, dan teoritis (Wijaya et al., 2022).

2.       Grand Theory

Grand theory merupakan merupakan teori yang cakupannya lebih luas dan kompleks, dari pada filosofi yang terdiri dari kerangka kerja konseptual global yang mendefinisikan perspektif praktek keperawatan dan melibatkan perbedaan cara dalam melihatmfenomena keperawatan, memuat konsep yang menggabungkan teoriteori dengan cakupan lebih kecil. Grand Nursing Theory didalamnya memuat konsep-konsep sumatif yang menggabungkan teori-teori dengan cakupan lebih kecil.⁵

Grand theory bersifat abstrak, luas, dan sulit diuji secara langsung, tetapi menjadi fondasi filosofis ilmu keperawatan. Contohnya:

a.   Florence Nightingale – Environmental Theory (Teori Lingkungan).⁶

b.   Hildegard Peplau – Interpersonal Relations Theory (Hubungan Interpersonal).⁷

c.    Virginia Henderson – Need Theory (Teori Kebutuhan).⁸

d.   Dorothea Orem – Self-Care Deficit Theory (Defisit Perawatan Diri).⁹

e.   Imogene King – Goal Attainment Theory (Pencapaian Tujuan).¹⁰

f.     Sister Callista Roy – Adaptation Model (Model Adaptasi).¹¹

g.   Betty Neuman – Systems Model (Model Sistem).¹²

h.   Jean Watson – Theory of Human Caring (Teori Caring).¹³

3.       Middle Range Theory

Middle Range Theory merupakan pengembangan ketiga dari suatu teori keperawatan. Middle Range Theory merupakan serangkaian konsep yang berhubungan dengan fokus pada dimensi terbatas pada realitas keperawatan dan dapat digambarkan dalam suatu model. Sehingga Middle Range Theory dapat menggambarkan sebuah fenomena, memprediksi dampak dari suatu fenomena lain, dan dapat digunakan untuk mengontrol dimensi yang terbatas dalam keperawatan. Middle Range Theory memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas.

Middle Range Theory relatif baru dalam ilmu keperawatan dan teori ini berguna untuk praktik dan penelitian keperawatan. Peran utama Middle Range Theory adalah mendefiniskan atau menghaluskan substansi ilmu dan praktik keperawatan. Hal tersebut sangat penting bagi perawat praktisioner dan perawat pendidik yang secara terus menerus membangun pengetahuan untuk disiplin keperawatan.

Middle range theory lebih spesifik dan dapat diuji secara empiris. Contohnya:

a.   Madeleine Leininger – Culture Care Theory (Asuhan Budaya).¹⁴

b.   Nola J. Pender – Health Promotion Model (Model Promosi Kesehatan).¹⁵

c.    Katharine Kolcaba – Comfort Theory (Teori Kenyamanan).¹⁶

d.   Merle Mishel – Uncertainty in Illness Theory (Teori Ketidakpastian dalam Penyakit).¹⁷

e.   Patricia Benner – From Novice to Expert (Dari Pemula ke Ahli).¹⁸

f.     Cheryl Tatano Beck – Postpartum Depression Theory (Teori Depresi Pasca Melahirkan).¹⁹

g.   Pamela Reed – Self-Transcendence Theory (Teori Transendensi Diri).²⁰

4.       Practice Theory (Teori Praktik)

Practice Theory merupakan tingkatan teori yang tidak formal dan bersifat sementara dibandingkan dengan tingkatan teori lainnya dan sangat terbatas dalam hal waktu serta lingkup aplikasinya (Higgins & Moore, 2004). Ada beberapa karakteristik yang mencirikan Practice Theory, yaitu :

a. Digunakan untuk intervensi keperawatan psikomotor atau aspek komunikasi seperti konseling dan edukasi

b. Berasal dari grand atau middle theory atau berasal dari beberapa penelitian yang mendeskripsikan, menjelaskan, dan menentukan intervensi keperawatan

c.  Mengkombinasikan beberapa prinsip dan arahan untuk digunakan dalam praktik dan sering kali berperan dalam pengujian sebuah teori.

Practice theory sangat spesifik, aplikatif, dan langsung digunakan di tatanan klinis. Contohnya:

a.   Teori Manajemen Nyeri Akut – pedoman praktik keperawatan untuk intervensi nyeri.²¹

b.   Teori Kontrol Inkontinensia Urin – panduan asuhan pada pasien dengan gangguan eliminasi urin.²²

c.    Teori Dukungan Menyusui – fokus pada intervensi perawat dalam mendukung keberhasilan laktasi.²³

d.   Teori Pencegahan Luka Tekan – panduan praktik untuk mencegah dekubitus.²⁴

e.   Teori Adaptasi Kecemasan Praoperasi – intervensi perawat untuk menurunkan kecemasan pasien sebelum operasi.²⁵

 

PERKEMBANGAN TEORI KEPERAWATAN

 KESIMPULAN

Teori merupakan kerangka konseptual yang membantu menjelaskan dan memprediksi fenomena. Dalam keperawatan, teori berfungsi sebagai pedoman praktik, penelitian, serta pendidikan. Jenis teori meliputi deskriptif, eksplanatif, prediktif, dan preskriptif. Tingkatannya terdiri atas grand theory, middle range theory, dan practice theory.

 

REFERENSI

1.       Kerlinger, F. N. (2006). Foundations of Behavioral Research. Holt, Rinehart and Winston.

2.       McEwen, M., & Wills, E. M. (2019). Theoretical Basis for Nursing (5th ed.). Wolters Kluwer Health.

3.       Meleis, A. I. (2018). Theoretical Nursing: Development and Progress (6th ed.). Wolters Kluwer.

4.       Chinn, P. L., & Kramer, M. K. (2015). Knowledge Development in Nursing: Theory and Process (9th ed.). Elsevier.

5.       Alligood, M. R. (2017). Nursing Theorists and Their Work (9th ed.). Elsevier.

6.       Nightingale, F. (1969). Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not. Dover Publications.

7.       Peplau, H. (1991). Interpersonal Relations in Nursing. Springer.

8.       Henderson, V. (1966). The Nature of Nursing. Macmillan.

9.       Orem, D. E. (2001). Nursing: Concepts of Practice (6th ed.). Mosby.

10.    King, I. M. (1981). A Theory for Nursing: Systems, Concepts, Process. Delmar.

11.    Roy, C. (2009). The Roy Adaptation Model (3rd ed.). Pearson.

12.    Neuman, B., & Fawcett, J. (2011). The Neuman Systems Model (5th ed.). Pearson.

13.    Watson, J. (2008). Nursing: The Philosophy and Science of Caring (Rev. ed.). University Press of Colorado.

14.    Leininger, M. (2002). Culture Care Theory: A Major Contribution to Advance Transcultural Nursing Knowledge. Journal of Transcultural Nursing, 13(3).

15.    Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M. A. (2015). Health Promotion in Nursing Practice (7th ed.). Pearson.

16.    Kolcaba, K. (2003). Comfort Theory and Practice. Springer.

17.    Mishel, M. H. (1990). Reconceptualization of the Uncertainty in Illness Theory. Image: The Journal of Nursing Scholarship, 22(4).

18.    Benner, P. (1984). From Novice to Expert. Addison-Wesley.

19.    Beck, C. T. (1992). Theoretical Perspectives of Postpartum Depression. Nursing Research, 41(3).

20.    Reed, P. G. (1991). Self-Transcendence and Mental Health in Old Age. Nursing Research, 40(1).