Minggu, 27 September 2020

Teori Kristen Swanson of Caring

 Teori Kristen Swanson of Caring 

 

Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).

Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).

Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.

Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.

 

Struktur Caring Swanson

Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).

Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.

 

Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson

Menurut Swanson ada lima dimensi yang  mendasari konsep Caring

1.        Maintaining Belief

Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi:

a.         Believing in

Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.

b.         Offering a hope-filled attitude

Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.

c.         Maintaining realistic optimism

Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.

d.        Helping to find meaning

Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.

e.          Going the distance (menjaga jarak)

Semakin jauh  menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.

2.        Knowing

Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensi:

a.         Avoiding assumptions

Menghindari asumsi-asumsi

b.         Assessing thoroughly

Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural

c.         Seeking clues

Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam

d.        Centering on the one cared for

Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan

e.         Engaging the self of both

Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif

3.        Being With

Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan  secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Subdimensi:

a.         Non-burdening

Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan

b.         Convering availability

Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.

c.         Enduring with

Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien

d.        Sharing feelings

Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien.

Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

4.        Doing For

Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.    Subdimensi:

a.         Comforting ( memberikan kenyamanan)

Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.

b.         Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)

Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional

c.         Preserving dignity (menjaga martabat klien)

Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.

d.        Anticipating ( mengatisipasi )

Perawat dalam  melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga

e.         Protecting (melindungi)

Melindungi hak-hak pasien dalam  memberikan  asuhan keperawatan dan tindakan medis

5.        Enablings

Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa  transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback. Subdimensi:

a.         Validating (memvalidasi)

Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan

b.         Informing( memberikan informasi)

Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.

c.         Supporting (mendukung)

Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat

d.        Feedback (memberikan umpan balik)

Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being

e.         Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat alternative)

Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan  maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)

 

Asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan

1.        Manusia

Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.

2.        Kesehatan

Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).

Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).

3.        Lingkungan

Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan  sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).

4.        Perawat

Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.

 

Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani, bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani  merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.

Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 : 112)

 

DAFTAR PUSTAKA

Jansson Caroline, Adolfsson Annsofie, 2011, Application of “Swanson’s Middle Range Caring Theory” in Sweden after Miscarriage, International Journal of Clinical Medicine, di akses dari www.scirp.org/journal/paperdownload.aspx  pada tanggal 2 oktober 2013

Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2010). Nursing Theorists and Their Work. Six Edition. St.Louis, Mosby.

Swanson Kristen M, 1991, Emperocal Development of a Middle Range Theory of Caring, Nursing Research, di akses dari www.ncnurses.org/dot Asset/113036.pdf  pada tanggal 2 oktober 2013

 

Teori Cheryl Tatano Beck Postpartum Depression

 Teori Cheryl Tatano Beck Postpartum Depression

(Depresi Postpartum)

 

Cheryl Tatono Beck adalah seorang profesor di Western Connecticut State University. Beliau telah menerima berbagai penghargaan seperti Eastern Nursing Research Society's Distinguished Researcher Award, the Distinguished Alumna Award from Yale University and the Connecticut Nurses' Association's Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya pada penelitian keperawatan. Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan penelitiannya pada upaya pengembangan program penelitian pada mood postpartum dan gangguan kecemasan. Beliau telah meneliti secara ekstensif menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian kualitatif nya, Cheryl telah mengembangkan Skala Skrining Depresi Postpartum/ Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Western Psychological Services.

Beliau juga salah seorang penulis produktif yang telah menerbitkan lebih dari 100 artikel jurnal tentang beberapa topik seperti depresi postpartum, trauma lahir, PTSD/ posttraumatic stress disorder karena melahirkan, fenomenologi, grounded theory, meta-analisis, pengembangan instrumen, meta-sintesis, dan analisis naratif. Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma lahir pada menyusui, (2) efek DHA pada depresi postpartum, dan (3) penilaian psikometri dari Postpartum Depression Screening Scale melalui administrasi telepon.

Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak. Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan muncul beberapa gejala.

Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:

1.        Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)

2.        Understanding (pemahaman)

3.        Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)

4.        Spirituality (spiritualitas)

5.        Exercise (latihan)

Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.

 

Asumsi

Asumsi dari teori keperawatan Cheryl Tatono Beck lebih menjelaskan mengenai  interaksi interpersonal. Dimana yang menjadi objek secara ontology adalah wanita postpartum, Beck menganggap bahwa seorang wanita terutama wanita postpartum harus mendapatkan status kesehatan secara utuh atau holistik, harus mampu menjaga kesehatan mental pasca melahirkan, terutama kesehatan mental agar terhindr dari postpartum blues bahkan postpartum depression. Konteks dalam teori ini mencakup kehidupan lingkungan perempuan: individu dan lingkungan luar, terutama keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan

 

Konsep

Beck mengemukakan 22 konsep utama dalam teorinya, yang masing-masing konsep telah dicatat dan mengalami perbaikan sejak awal 1990an. Adapun konsep mayor yang diutamakan Beck antara lain:

Konsep 1 dan 2

Konsepyangdikembangkanmelalui studi Beck yaitu mengenai postpartummood disorders dan loss of control (hilangnya kontrol), dikembangkan melalui metode fenomenologi dan grounded theory.

1.        Postpartum mood disorders (gangguan mood pada postpartum)

Definisi dari depresi postpartum dan maternity blues telah dijelaskan sejak awal dari penelitian Beck, namun digambarkan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Dua lainnya yang merupakan bagian dari perinatal mood disorders yaitu postpartum obsessive compulsive disorder dan postpartum onset panic disorder juga telah diidentifikasi oleh Beck. Selanjutnya Beck menjelaskan letak perbedaan dan bagaimana mereka dapat saling mempengaruhi.

a.    Postpartum depression/PPD (depresi postpartum)

Merupakan gangguan depresi mayor non psikotik yang memiliki kriteria diagnostik yang berbeda, yaitu selalu dimulai pada awal atau 4 minggu setelah kelahiran. Dapat terjadi selama 1 tahun setelah kelahiran. PPD lebih sulit untuk diobati dibandingkan dengan simple depression. Angka kejadian sebesar 13 %-25% pada wanita dengan tingkat sosial ekonomi yang kurang/miskin, tinggal di kota, atau pada remaja. Sebanyak 50% wanita PPD mengalami episode depresi 6 bulan atau lebih.

b.    Maternity blues

Disebut juga dengan postpartum blues atau baby blues. Memberikan efek sebanyak 75% pada wanita di berbagai budaya. Maternity blues relatif transien dan digambarkan dengan periode melankolis dan perubahan suasana hati selama awal periode postpartum.

c.    Postpartum psychosis

Merupakan gangguan psikotik yang ditibui dengan halusinasi, delusi, agitasi, gangguan tidur, disertai dengan bizzare dan perilaku tidak rasional. Jarang terjadi pada kondisi postpartum, dan merupakan kegawatan dalam psikiatri baik untuk ibu dan bayinya. Postpartum psikosis muncul selama minggu pertama postpartum, dan sering tidak terdeteksi sampai bahaya yang serius muncul.

d.   Postpartum obsessive-compulsive disorder

Tibu dan gejala meliputi pengulangan/repetitive, adanya suatu pikiran untuk melakukan sesuatu yang berbahaya bagi bayi, rasa takut untuk ditinggal sendiri dengan bayi, serta kewaspadaan yang berlebihan untuk melindungi bayinya.

e.    Postpartum onset panic disorder

Dikarakteristikkan dengan onset yang akut dari kecemasan, takut, nafas yang cepat, denyut nadi yang meningkat, dan perasaan akan adanya azab.

2.        Loss control

Merupakan salah satu aspek dari pengalaman wanita di berbagai area dalam hidupnya. Proses loss control pada wanita dikenal dengan “teetering on the edge” dan terdiri dari 4 tahap yaitu:

a.    Encountering terror (menghadapi teror): terdiri atas serangan kecemasan yang mengerikan, pemikiran obsesif yang tanpa henti.

b.    Dying of self: terdiri dari kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak real, adanya upaya untuk merusak diri sendiri, dan mengisolasi diri.

c.    Struggling to survive: terdiri atas perjuangan dalam suatu sistem, mencari penghiburan di kelompok, berdoa terkait bantuan.

Regaining control: terdiri dari transisi yang tidak terduga, penjagaan terhadap proses pemulihan, kehilangan waktu.

Konsep 3 sampai dengan 15

Konsep ini mewakili konsep mayor yang ditemukan sebagai faktor risiko dari depresi postpartum.  Interpretasi dari besarnya efek ditentukan setelah meta analisis dari 138 study dan masing-masing konsep didefinisikan di akhir.

3.        Depresi prenatal

Depresi selama hamil merupakan faktor prediktor dari depresi postpartum. Depresi prenatal terjadi di setiap trimester kehamilan (ukuran efek/effect size: medium)

4.        Child care stress

Kejadian penyebab stres yang berhubungan dengan faktor perawatan anak misalnya masalah kesehatan pada infant, dan kesulitan dalam pemberian makan dan tidur.

5.        Life stress

Merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui peristiwa kehidupan yang penuh dengan stres selama hamil dan masa postpartum. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan stres dapat memberikan dampak positif maupun negatif tergantung dari:

a.    Perubahan status perkawinan: misal perceraian, menikah kembali

b.    Perubahan pekerjaan

c.    Krisis: misalnya adanya kecelakaan, pencurian, penyakit yang membutuhkan hospitalisasi.

6.        Social support

Terdiri atas penerimaan dari kedua belah pihak mengenai dukungan instrumental (misal: bantuan terkait pekerjaan rumah tangga, tempat penitipan anak),dan dukungan emosional. Dukungan emosional didapat dari suami, keluarga, dan teman termasuk kedekatan dengan anggota, frekuensi kontak, dan kepercayaan dari wanita untuk bercerita mengenai masalah pribadi kepada pihak lain (ukuran efek=medium).                                                           

7.         Prenatal Anxiety

Kecemasan selama kehamilan dapatmeningkatkan risiko terjadinya postpartum depresion (ukuran efek=medium).

8.        Marital Satisfication

Kepuasan hubungan dengan pasangan atau terhadap perkawinan, misal terkait dengan status keuangan, perawatan anak, jalinan komunikasi dan kasih sayang dengan pasangan (ukuran efek=medium).

9.        History of Depression

Riwayat adanya depresi sebelum kehamilan. Perempuan dengan riwayat  depresi sebelum kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya depresi post partum. Riwayat depresi pada masa anak-anak dan remaja juga dapat menjadi faktor yang berperan terhadap kejadian depresi post partum (ukuran efek=medium).

10.    Infant Temprament

Tempramen bayi, bayi yang rewel dan tidak responsif akan membuat ibu tidak berdaya. Masalah pada bayi dan kondisi kesehatan bayi akan menjadi tambahan stressor bagi ibu, bayi menjadi lebih membutuhkan perhatian, perawatan dan juga lebih banyak membutuhkan biaya (ukuran efek=medium).

11.    Maternity Blues

Ini merupakan kondisi sementara yang 75-80% dari ibu bisa mengalami lama setelah melahirkan dengan berbagai gejala yang umumnya melibatkan suasana hati labil , tearfulness, dan beberapa kecemasan ringan dan gejala depresi.Baby blues tidak depresi postpartum , kecuali jika itu adalah normal parah. Adaya riwayat postpartum blues dapat meningkatkan risiko depresi postpartum (ukuran efek=small to medium).

12.    Self Esteems

Harga diri ibu, ibu yang memiliki harga diri rendah menunjukkan ibu tersebut memiliki mekanisme koping yang negatif, merasa dirinya jelek/ negatif dan merasa dirinya tidak mampu (ukuran efek= medium).

13.    Socioeconomic Status

Status sosial ekonomi merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya depresi postpartum, terkait dengan pemenuhan kebutuhan dan perawatan pada bayi (ukuran efek= small).

14.    Marital Status

Status perkawinan dimana pada wanita dengan status perkawinan yang tidak jelas akan meningkatkan risiko postpartum depression (ukuran efek= small).

15.    Unplanned or Unwanted Pregnancy

Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Pada wanita yang hamil tidak direncanakan, misalnya karen belum menikah atau pada ibu yang sudah tidak menginginkan anak lagi, kejadian depresi postpartum lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang siap dan sangat menantikan kelahiran bayinya. Kehamilan dan persalinan pada remaja menjadi salah satu faktor pendukung depresi postpartum, hal ini dikaitkan dengan kesiapan remaja dalam perubahan peranannya sebagai ibu, antara lain: kesiapan fisik, mental, finansial dan sosial (ukuran efek= small).

Konsep 16 sampai dengan 22

16.    Sleeping and Eating Disturbances

Bayi yang baru lahir cenderung mengganggu tidur setiap ibu baru, tetapi depresi pascamelahirkan dapat menyebabkan masalah tidur yang lebih besar.Mungkin sulit untuk tidur ketika ibu mendapatkan kesempatan.Atau ibu mungkin tidur terlalu banyak.Tidak cukup tidur bisa berubah menjadi lingkaran setan - kurang tidur dapat menyebabkan depresi, dan kemudian depresi dapat mengganggu tidur. Gejala umum dari depresi adalah makan kurang atau lebih dari biasanya.Sementara beberapa wanita beralih ke makanan untuk kenyamanan ketika mereka mengalami depresi, yang lain kehilangan minat di dalamnya sepenuhnya.Nutrisi yang baik sangat penting jika ibu sedang menyusui, dan menyusui bayi tidak membuat ibu lebih lapar dari biasanya.

17.    Anxiety and Insecurity

Kecemasan dan Rasa Tidak Aman sering datang pada ibu postpartum. Tidak semua wanita mengalami kecemasan sebagai gejala depresi postpartum, tetapi beberapa lakukan.Ibu mungkin merasa gugup, takut, gelisah, atau stres.Beberapa wanita memiliki khawatir intens tentang kesehatan atau keselamatan bayi mereka.Jika Ibu terus-menerus merasa kewalahan oleh tanggung jawab merawat bayi Ibu, atau jika saraf mengganggu kemampuan Ibu untuk menangani tugas-tugas sehari-hari, itu bisa menjadi depresi postpartum.Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi kapasitas seorang ibu depresi serius untuk menyediakan lingkungan pengasuhan yang aman-cukup yang dapat mendukung perkembangan yang sehat bayinya dan hubungannya dengan bayi itu. Faktor-faktor tersebut, termasuk sejarah lampiran ibu, hadir dukungan sosial, wawasan dan kemampuan untuk menerima bantuan, sering terbaik dipertimbangkan oleh tim perawatan profesional interdisipliner yang meliputi spesialis kesehatan mental bayi atau praktisi kesehatan mental lainnya dengan pengalaman dalam bekerja dengan anak-anak dan keluarga

18.    Emotional Lability

Labilitas emosionalatau inkontinensia emosional mengacu pada gangguan emosional yang ditandai dengan involuntary menangis atau episode terkendali menangis dan / atau tertawa, atau menampilkan emosional lainnya. Orang-orang berbicara kepada kita tentang berbagai perubahan emosi dan gangguan.Seorang wanita yang mengalami labilitas emosional mengatakan ia sangat menyukai euforia tertawa tapi menangis itu menyedihkan.

19.    Mental Confusion

Kebingungan mental, gangguan ini termasuk ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian;berbagai gangguan kesadaran; dan temporal atau spasial dis-orientasi. Kebingungan adalah gejala yang membuat seseorang merasa seolah-olah seseorang tidak bisa berpikir jernih.Seseorang mungkin merasa bingung dan memiliki waktu sulit fokus atau membuat keputusan.Kebingungan juga disebut sebagai disorientasi atau delirium.

20.    Loss of Self

Ketidakmampuan seorang ibu post partum dalam merawat bayinya akibat berbagai macam tekanan dari dalam maupun luar dapat mengakibatkan kehilangan diri. Dia akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna sampai akhirnya dia tidak mengenali dirinya sendiri.

21.    Guilt and Shame

Rasa Bersalah dan Malu pada ibu postpartum dapat terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan atau diharapkan. Suatu tekanan yang berat telah dihadapi seorang ibu misalnya akibat perkosaan. Rasa bersalah dan malu ini akan mengakibatkan postpartum depression.

22.    Suicidal Thoughts

Pikiran Bunuh Diri ini merupakan tingkatan depresi post partum paling tinggi, artinya seorang ibu telah mengalami jalan buntu dan kehilangan akal sehat. Kehamilan yang tidak diinginkan biasanya memicu terjadinya hal ini.

 

Scope ( Ruang Lingkup)

Ruang lingkup teori ini adalah Middle Range Theory (Rentang Tengah). Middle range theori didefinisikan sebagai teori berfokus pada konsep menarik yang mungkin penting dalam banyak konteks. Lebih tepatnya didefinisikan sebagai "Teori Substantif" (SST). Teori ini mengisi kesenjangan (gap) antara grand nursing theories & nursing practice. Jumlah variabel yang terbatas dan lingkup variabel yang dapat diuji namun tetap memadai secara umum untuk tetap menarik secara ilmiah serta bermanfaat untuk riset dan praktik

 

Relationship ( Hubungan)

Hubungan Konsep dapat berdiri sendiri karena tidak semua wanita mengalami semua 22 faktor. Semua berhubungan dengan tujuan teori dan menghubungkan bersama untuk menentukan teori. Struktur hubungan yang paling sentral adalah konsep aslinya Kehilangan Kontrol. Kehilangan Kontrol adalah tema yang mengemudikan hubungan antara konsep dan definisi. Teori ini sangat dapat diaplikasikan dengan menggunakan prinsip fenomenologi.

 

Konsep Utama Keperawatan

1.        Manusia

Beck tidak memibung bahwa manusia itu merupakan suatu wholeness atau keutuhan atau holistik. Orang dalam teori ini memiliki banyak arti, namun teori ini lebih banyak membahas waanita hamil yang segera menjadi ibu. Selain itu juga membahas siswa profesional: dokter, petugas kesehatan mental, lembaga pelayanan sosial.

2.        Lingkungan/ masyarakat

Dalam teori ini yang dimaksud lingkungan lebih kepada individu dengan masyarakat dan keluarga. Teori ini menekankan interaksi individu dengan lingkungan karena mempengaruhi perempuan secara perorangan dengan keluarga, juga membahas pengaturan khusus untuk konteks pribadi individu dalam kehidupan.

3.        Kesehatan

Beck tidak pernah benar-benar mendefinisikan kesehatan dalam teorinya. Namun dua jenis definisi kesehatan dapat disimpulkan dari teorinya, yaitu kesehatan kesehatan mental secara holistik dan kesehatan konteks kehidupan wanita (maternity care).

4.        Keperawatan

Dalam mendefinisikan keperawatan, Beck lebih mengedepankan interaksi interpersonal. Tujuan dari keperawatan ini adalah mencapai derajat kesehatan ibu postpartum secara holistik. Teori yang telah ditelaah oleh Beck ini diharapkan dapat dipahami oleh keperawatan dan kebidanan sehingga dapat membuat pengaturan praktek mereka sendiri.

 

Proposisi Konsep/ Theoritical Assertions

Penegasan dari teori ini didasarkan pada tulisan dari Beck. Selain itu Beck mengakui pentingnya hasil dari study Sichel dan Driscoll’s (1999) yang berkaitan dengan faktor biologi yang mempengaruhi depresi postpartum:

1.        Di otak terdapat agen biokimia yang dapat mengakomodasi berbagai stresor, baik itu internal maupun eksternal

2.        Kejadian yang membuat stres baik internal maupun eksternal yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan gangguan pengaturan agen biokimia yang ada di otak.

3.        Wanita adalah unik dan memiliki otak yang normal dan ketidakseimbangan kadar hormonal terjadi sebagai hasil terdapatnya gangguan mood di sepanjang kehidupannya termasuk dalam situasi setelah melahirkan

4.        Depresi postpartum disebabkan oleh kombinasi dari agen biologi (termasuk genetik), psikologi, sosial, hubungan relasi, ekonomi, dan stresor yang berhubungan dengan situasi hidup.

5.        Depresi postpartum bukan merupakan gangguan yang homogen. Seorang wanita dapat untuk mengalami depresi postpartum hanya dengan 1 symptom atau beberapa symptom tergantung juga dari sejarah perjalanan hidup baik internal maupun ekternal stresor.

6.        Seorang wanita yang merasa bahagia, terlihat gembira, mengerti bagaimana menjadi seorang ibu, dan memiliki pengalaman terkait menjadi seorang ibu akan membuat seorang wanita sulit jatuh dalam kondisi distres.

7.        Stigma yang melekat pada penyakit mental secara dramatis meningkat ketika penyakit mental tersebut berhubungan dengan kelahiran anak, dan wanita akan menderita dalam kondisi yang demikian.

8.        Penggunaan framework level pencegahan untuk depresi postpartum membantu dalam melakukan identifikasi faktor risiko dan melakukan mitigasi selama periode prepartum.

Sejumlah isu dan tantangan biologis, sosiologis, dan psikologis sepenuhnya normal terjadi pada kehamilan. Termasuk kelelahan, gangguan tidur, mempertanyakan kemampuan seseorang dan sebagainya. Perawatan yang komprehensif prenatal dan postnatal akan dapat menghilangkan gejala patologis dan membantu seorang wanita untuk menormalisasi gejala yang ada sehingga menurunkan derajat dari stresnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their work. (7th ed.). Maryland Heights, MO: Mosby Elsevier.

Beck, Cheryl Tatano. (1993). Teetering On the edge: a substantive theory of postpartum depression. Journal of nursing research vol 42 no 1 42-48.

Marriner – Tomey & Alligood (2010). Nursing theory and their work. 6 Ed. St. Louis :Mosby Elseiver, Inc.

Marriner, A. (2001). Teori ilmu keperawatan paraahli dan berbagai pibungannya. ; Nursing Theorists and their work (Ismail ekawijaya dan Ridlo Riyono). Jakarta

Marriner Tomey & Alligood. (2010). Nursing theory and their work. 7th ed. St. Louis: Mosby Elsevier Inc.

McEwen, M., & Wills, E. (2011). Theoretical basis for nursing (3rd ed.). Philadelphia, Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins.

Meleis, A.I.(2011). Theoretical nursing: Development and progress (5th Ed.). Philadelphia, PA:Lippincott Williams & Wilkins.