Minggu, 18 Oktober 2020

Teori Afaf Ibrahim Meleis

 Teori Afaf Ibrahim Meleis (Transition theory)

 

Latar Belakang Teori

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap The Florence Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf bahwa ia dapat melakukannya.

Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari The University of California, Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions Theory. Pada tahun 2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at the University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).

 

Konsep dan Definisi

Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah konsep yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.

Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007 dalam Alligood, 2014).

Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:

1.    Tipe dan Pola dari Transisi,

Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran, kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health and illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014).

Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan) dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan langsung antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi seseorang.

2.    Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:

a.    Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering tercermin dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya.

b.    Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan ada engagement tanpa adanya awarness.

c.    Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.

Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus mengenali tingkat kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan perbedaan.

d.   Rentang waktu (Time Span)

Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk mencatat bahwa akanbermasalah atautidak layak, dan bahkan mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa pengalamantransisi.

e.    Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan  sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran, k

f.     Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya memiliki critical point dan events.Critical point and event biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada proses transisi

3.    Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komonitas, atau faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.

a.    Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian, setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan mempengaruhi pengalaman transisi.

b.    Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi pengalaman transisi, dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka akan menghambat transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-managenya.

c.    Status Sosial dan Ekonomi

d.   Kondisi Komunitas atau kondisi sosial

4.    Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang waktu.

Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:

a.    Feeling Connected

Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman positif transisi

b.    Interacting

Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

c.    Location and being situated

Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.

d.    Developing confidence and coping

Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan identitas (fluid integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi

5.    Nursing Therapeutics

Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi, pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing therapeutic.

 

Cakupan Teori

Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle range theory maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan Transition Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri, populasi maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis. Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi, dan indikator proses serta outcome.

 

Hubungan Antar-Konsep

Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut


Asumsi Teori

Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Nursing

a.    Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan keluarganya yang berada dalam proses transisi

b.    Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan

2.    Person

a.    Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua individu

b.    Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan pola perilaku.

c.    Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien

3.    Health

a.    Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki pola yang multiple dan kompleks.

b.    Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu

c.    Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka bersinonim dengan transisi

4.    Environment

Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi kerusakan, problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau kegagalan koping yang sehat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed). Missouri: Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work  (8th Ed). Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis Company

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing Company

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar