Selasa, 29 November 2022

TEORI SUSTER CALISTA ROY

TEORI SUSTER CALISTA ROY

(ADAPTATION MODEL / MODEL ADAPTASI)

Biografi Callista Roy

Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu: focal stimuli, kontekstual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

 

MODEL KONSEP DAN TEORI

Manusia Sebagai System Adaptive

Sistem adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memiliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, output, dan control, serta proses feedback.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan  secara holistik (bio, psicho, sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input (masukan), Control dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan aktififitas Kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup terbuka, dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsional atau beberapa unit fungsional yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistem manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output.

 

Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Sumber : Tomey and Alligood.  2006. Nursing theoriest, utilization and application.   Mosby: Elsevier.

 

1.   Input

·     Stimulus.

Pada manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri:  yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.

Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan dunia luar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989).   “Stimulus Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003)

·     Tingkat Adaptasi

Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan (Input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:

Ø Stimulus Fokal

yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya infeksi

Ø Stimulus Kontektual.

yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.

Ø Stimulus Residual

yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

2.   Proses Kontrol

·     Mekanisme Koping

Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Sundeen; 1995). Manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. 

Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melalui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.

Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan integritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system. Dua Mekanisme Koping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistem Regulator dan Susbsistie Kognator.   Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Fisiologis, Konsep Diri, Fungsi Peran, dan Interdependensi.

·     Regulator dan Kognator

Regulator dan Kognator adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikologis dan Sosial. Subsistem Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin. Subsistem regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistem Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.

3.   Efektor

Dapat dijelaskan bahwa semua input yang masuk diproses oleh subsistem Regulator dan Kognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistem adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).

Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:

·     Perubahan Fungsi Fisiologis

Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan.

Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan nor epinefrin), sirkulasi dan oksigen.

·     Perubahan konsep diri

Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.

Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

·     Perubahan fungsi peran

Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.

Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

·     Perubahan Interdependensi

Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.

Contoh :  kecemasan berpisah.

4.   Output

Menurut Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistem adaptive adalah respon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistem.

Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).

 

Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)

Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan integrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi intergrasi adalah sehat sebaliknya kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat.

Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak menggunakan energi  ini dapat  meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi  yang dihubungkan  dengan konsep adaptasi dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua bagian proses.

Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon.  Perubahan-perubahan itu adalah stressor-stressor atau stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah mekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah  kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, dan pertumbuhan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan  dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.

Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistem adaptasi.

Keperawatan.

Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi, mengklarifikasi dan menghubungkan“ proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin praktek keperawatan  menggunakan  pendekatan pengetahuan secara ilmiah  untuk menyediakan pelayanan  pada orang-orang.

 Lebih spesifik Roy mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan  dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan manusi yang berinteraksi  dengan perubahan lingkungan dan jawaban  terhadap stimulus internal dan eksternal  yang mempengaruhi adaptasi.

Ketika stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan yang baik dan tingkat fungsi yang tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan  adaptasi  dalam tiap  4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan  interdependensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat.

Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area, manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi tidak memerlukan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi, peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

Adaptasi model keperawatan ditetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”. Unit- unit analisis dari  pengkajian keperawatan adalah  interaksi manusia dengan lingkungan.

 Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut   perawat membuat alasan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli. Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.

 Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks proses keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus (baik internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan, pengurangan, pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan faktor-faktor stimulus, pencetus tidak efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang   dibangun oleh tingkat penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan terjadi. Intervensi keperawatan berikutnya, mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini harus dicatat  bahwa dalam model  manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif  dalam  perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan yang saling menguntungkan.

Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan? Jawabannya adalah: Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme Koping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif. Manusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif dan memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi manusia terbebas dari pemakaian energi dan energi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.

Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan

Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan eksternal.

Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi manusia  dan subsistem regulator  dan kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam  area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi  dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain.

Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar  dari model adaptasi keperawatan digambarkan  berikut ini:


Sumber: Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and Function, 3rd ed, DLMN/DLC.

 

DAFTAR PUSTAKA

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.

Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raver Publisher

Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William Heinemann Medical Books

Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar