Senin, 12 Oktober 2020

Teori Keperawatan

 Teori Carolyn L. Wiener dan Marylin J. Dodd (Trajectory of Illness)

 

Sejarah

Theory of Illness Trajectory dikenalkan oleh dua tokoh yaitu Carolyn L. Wiener dan Marylin J. Dodd. Carolyn L. Wiener lahir pada tahun 1930 di San Francisco. Dia memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu interdisipliner dari San Francisco State University pada tahun 1972. Wiener menerima gelar Magister Sosiologi dari University of California, San Francisco (UCSF) pada tahun 1975. Dia tinggal di UCSF untuk melanjutkan gelar doktor dalam sosiologi, dan dia menyelesaikan gelar Ph.D. pada tahun 1978. Setelah menerima gelar Ph.D., Wiener menerima posisi asisten sosiolog penelitian di UCSF, dimana dia menjalani karir profesionalnya hingga mencapai gelar profesor pada tahun 1999. Wiener saat ini adalah profesor emeritus di Departemen Ilmu Sosial dan Perilaku di School of Nursing di UCSF. Penelitiannya berfokus pada organisasi di institusi kesehatan, penyakit kronis, dan kebijakan kesehatan. Dia telah mengajarkan metode penelitian kualitatif, mendidik siswa keperawatan dan sosiologi dan ilmuwan yang berkunjung di UCSF, dan melakukan banyak seminar dan lokakarya, secara nasional dan internasional, dengan metode Ground Theory. Sepanjang kariernya, keunggulan Wiener mendapatkan beberapa penghargaan terhormat. Pada tahun 2001, dia memberikan ceramah pembuka dalam sebuah rangkaian internasional yang berjudul "Critiquing Health Improvement" di Nottingham University, School of Nursing di Inggris. Pada tahun 2001, dia bekerja sebagai honorer di kumpulan UCSF "Celebrating Women Faculty," sebuah acara peresmian yang menghormati fakultas perempuan atas prestasinya. Hubungan kolaboratif Wiener dengan almarhum Anselm Strauss (co-originator dengan teori ground ground dari Barney Glaser) dan pengalamannya dalam Teori Grounded dibuktikan oleh presentasinya yang diundang pada Perayaan Kehidupan dan Kerja Anselm Strauss di UCSF pada tahun 1996, pada sebuah konferensi yang berjudul Anselm Strauss, seorang ahli teori: Dampak tinta pada Ilmu Pengetahuan Jerman dan Eropa di Magdeburg, Jerman pada tahun 1999, dan pada Kolomium Riset Anselm Strauss di UCSF pada tahun 2005. Wiener sangat dicari seorang konsultan metodologis untuk peneliti dan mahasiswa dari berbagai spesialisasi.Diseminasi penelitian dan makalah metodologis merupakan ciri khas karya Wiener. Dia menghasilkan aliran penelitian dan arahan teori dari pertengahan 1970-an. Sebagai tambahan, dia menulis atau mengajukan beberapa buku (Strauss, Fagerhaugh, Suczek, et al., 1997; Wiener, 1981, 2000; Wiener & Strauss, 1997; Wiener & Wysmans, 1990). Karya awalnya berfokus pada lintasan penyakit, biografi, dan perkembangan teknologi medis. Dari akhir 1980 sampai 1990an, Wiener berfokus pada penanganan, ketidaktahuan, dan pertanggungjawaban di rumah sakit. Kajiannya menunjukkan manajemen kualitas dan perancangan ulang di rumah sakit dan saling mempengaruhi agensi dan rumah sakit terhadap pertanggungjawaban membawa sebuah buku, yang berjudul Elusive Quest (Wiener, 2000). Dalam buku ini, Wiener menjelaskan teknik-teknik peningkatan kualitas dari industri perusahaan di lingkungan rumah sakit dimana profesional dari berbagai disiplin ilmu memberikan perawatan yang sangat canggih kepada pasien yang biogardnya menolak kategorisasi dan yang tentu saja tidak masuk akal. Wiener memiliki konsep bahwa kinerja rumah sakit dapat diukur secara kuantitatif. Semua karya Wiener didasarkan pada keahlian metodologinya dan perspektif sosiologisnya.

Marylin J. Dodd lahir pada tahun 1946 di Vancouver, Kanada. Dia menyebut dirinya sebagai perawat terdaftar yang sedang belajar di Rumah Sakit Umum Vancouver di British Columbia, Kanada. Dia melanjutkan pendidikannya, mendapatkan gelar sarjana dan magister keperawatan dari University of Washington pada tahun 1971 dan 1973, masing-masing. Dodd bekerja sebagai instruktur dalam keperawatan di University of Washington setelah lulus dengan gelar masternya. Pada tahun 1977, Dodd kembali ke akademisi dan menyelesaikan gelar Ph.D. dalam keperawatan dari Wayne State University. Dia kemudian menerima posisi Asisten Profesor di UCSF. Selama masa jabatannya di sana, Dodd bekerja sebagai pengajar penuh, menjabat sebagai Direktur Pusat Manajemen Sosiologi di UCSF. Pada tahun 2003, dia dianugerahi Sharon A. Lamb Endowed Chair in Symptom Management di UCSF School of Nursing.Program penelitian teladan Dodd difokuskan pada keperawatan onkologi, spesialisasi, perawatan diri dan manajemen simpati. Catatannya yang luar biasa dari penelitian yang didanai memberikan bukti keunggulan dan ketenaran dari pekerjaannya. Dia telah dengan terampil menjalin dana internal dan eksternal sederhana dengan 23 tahun pendanaan National Institutes of Health untuk melanjutkan penelitiannya. Lintasan penelitiannya telah berkembang tanpa cela saat ia semakin memanfaatkan studi deskriptif dan studi intervensi yang menggunakan metodologi percobaan klinis acak untuk memperluas pemahaman tentang fenomena kompleks dalam perawatan kanker.

Penelitian Dodd dirancang untuk menguji intervensi perawatan diri (PRO-SELF Program) untuk mengelola efek samping pengobatan kanker (mucositis) dan gejala kanker (kelelahan, nyeri). Penelitiannya berjudul PRO-SELF: Program Pengendalian Nyeri, Pendekatan yang Efektif untuk Manajemen Rasa Sakit Kanker, diterbitkan dalam Forum Keperawatan Onkologi (Barat, Dodd, Paul, et al., 2003). Dodd mengajar di Spesialis Perawatan Onkologi. Pada tahun 2002, dia membentuk dua program baru ("Biomarker I dan II") yang dikembangkan oleh Center for Symptom Management Faculty Group.Karir Dodd yang terkenal telah mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi. Di antara penghargaan ini, dia dikenal sebagai rekan dari American Academy of Nursing (1986). Keunggulan dan kontribusinya yang signifikan terhadap keperawatan onkologi dibuktikan olehnya karena telah berkontribusi pada Onkologi Keperawatan/ Schering Excellence dalam Research Award (1993, 1996), Penelitian Original Terbaik dalam Perawatan Kanker (1994, 1996), the Oncology Nursing Society Bristol-Myers Distinguished Researcher Career Award (1997), dan Onkologi Keperawatan Masyarakat / Chiron Keunggulan Beasiswa dan Konsistensi Kontribusi terhadap Sastra Keperawatan Onkologi. 

Carolyn L. Wiener; Marylin J. Dodd 595  Penghargaan Karir (2000). Pada tahun 2005, Dodd menerima penghargaan Episteme Laureate (Nobel Prize in Nursing) bergengsi dari Sigma eta Tau International. Daftar penghargaan mengesankan sebagian menunjukkan besarnya penghargaan profesional dan kekaguman yang Dodd telah mengumpulkan sepanjang karirnya.Pada awal tahun 1980an, dia menerbitkan beberapa artikel terfokus setiap tahun, dan kecepatan ini hanya dipercepat. Dia telah menulis atau mendokumentasikan 130 artikel jurnal peer-review berbasis data, tujuh buku dan banyak bab buku, dan banyak edukasi, laporan konferensi, dan makalah tinjauan (1978, 1987, 1988, 1991, 1997, 2001, 2004). Banyak presentasi di pertemuan ilmiah di seluruh dunia menonjolkan karya ini. Dodd telah menjadi pembicara di seluruh Amerika Utara, Australia, Asia, dan Eropa. Layanan aktif Dodd ke universitas, School of Nursing, Department of Physiological Nursing, dan berbagai organisasi profesi dan organisasi publik dan dewan peninjau jurnal menambah catatan pelayanannya terhadap profesi keperawatan. Dodd adalah anggota fakultas untuk beberapa kursus pascasarjana dan terlibat dalam program beasiswa dalam program master, doktor, dan postdoctoral di UCSF.

 

Sumber Teoritis

Menjalani sebuah penyakit dapat menciptakan gangguan dalam kehidupan normal seseorang. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk fungsi fisiologis, interaksi sosial, dan konsep diri. Salah satu hal yang menjadi respon terhadap gangguan tersebut adalah koping. Karena proses seputar perjalanan penyakit terapat di dalam konteks kehidupan seseorang, maka respon koping secara inheren terletak pada interaksi sosiologis dengan orang lain dan proses biografi diri. Koping sering digambarkan sebagai ringkasan strategi yang digunakan untuk mengelola gangguan, usaha untuk menyekat tanggapan spesifik terhadap satu peristiwa yang hidup dalam kompleksitas konteks kehidupan, atau label nilai yang diberikan pada perilaku responsif (misalnya, baik atau buruk) yaitu dijelaskan secara kolektif sebagai coping. Namun, interaksi yang kompleks antara gangguan fisiologis, interaksi dengan orang lain, dan konstruksi konsep biografi tentang diri memberi jaminan perspektif penanganan yang lebih canggih.

Teori Trajectory Illness membahas tentang perangkap teoritis tersebut dengan membingkai fenomena ini dalam perspektif sosiologis yang menekankan pengalaman gangguan yang berkaitan dengan penyakit dalam konteks perubahan proses interaksional dan sosiologis yang pada akhirnya mempengaruhi respons seseorang terhadap gangguan tersebut. Pendekatan teoritis ini mendefinisikan kontribusi teori ini terhadap keperawatan, yaitu koping bukanlah fenomena stimulus-respons sederhana yang dapat dipisahkan dari konteks kehidupan yang kompleks. Kehidupan berpusat pada tubuh yang hidup, oleh karena itu gangguan fisiologis penyakit merasuki konteks kehidupan lainnya untuk menciptakan cara baru untuk hidup, dan perasaan yang baru terhadap diri  sendiri. Tanggapan terhadap gangguan yang disebabkan oleh penyakit terjalin kedalam berbagai konteks yang dihadapi dalam kehidupan seseorang dan interaksi dengan pelaku lain dalam situasi kehidupan tersebut.

Dalam kerangka sosiologis ini, Wiener dan Dodd menanggapi kekhawatiran serius mengenai atribusi konseptual berlebihan pada peran dari ketidakpastian untuk memahami tanggapan terhadap kehidupan dengan gangguan penyakit (Wiener & Dodd, 1993). Pepatah lama mengatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam kehidupan yang pasti, kecuali kematian dan pajak. Hidup penuh dengan ketidakpastian, namun penyakit (terutama penyakit kronis) menimbulkan ketidakpastian dengan cara yang mendalam. Sakit kronis melebih-lebihkan ketidakpastian hidup bagi mereka yang dikompromikan (yaitu, karena penyakit) dalam kemampuan mereka untuk menanggapi ketidakpastian ini. Jadi, walaupun konsep ketidakpastian memberikan lensa teoretis yang berguna untuk memahami trajectory illness, tidak dapat diposisikan secara teoritis sehingga dapat membayangi secara konseptual konteks dinamis hidup dengan penyakit kronis. Dengan kata lain, trajectory illness didorong oleh pengalaman penyakit yang hidup dalam konteks yang secara inheren tidak pasti dan melibatkan diri dan orang lain. Aliran konteks kehidupan yang dinamis (biografi dan sosiologis) menciptakan arus ketidakpastian dinamis yang menggunakan berbagai bentuk, makna, dan kombinasi saat hidup dengan penyakit kronis. Dengan demikian, menoleransi ketidakpastian adalah untaian teoritis kritis dalam Teori trajectory illness.

 

Konsep Utama Dan Definisi

Konsepsi diri berdasarkan pada fisik dan dirumuskan berdasarkan kemampuan yang dirasakan untuk membentuk kegiatan biasa atau yang diharapkan untuk mencapai tujuan berbagai peran. Interaksi dengan orang lain berpengaruh besar pada pembentukan konsep diri. Peran yang bervariasi adalah tindakan seseorang tersebut memonitor reaksi orang lain dan perasaan diri dalam proses pembentukan yang terintegrasi. Kunci unsur dalam konteks biografi sebagai berikut:

1.    Identitas

Konsepsi diri pada waktu tertentu yang menyatukan beberapa aspek pribadi dan terletak pada tubuh

2.    Temporalitas

Waktu biografi yang tercermin dalam aliran berkelanjutan peristiwa kejadian hidup yang tiada henti, persepsi dari masa lalu, sekarang, dan kemungkinan hubungan di masa depan ke dalam konsepsi diri

3.    Tubuh

Aktivitas hidup dan persepsi turunan yang berbasis di dalam tubuh

Penyakit terutama kanker sangat mengganggu konsepsi diri yang biasa atau sehari-hari dan diperparah oleh tindakan dan reaksi yang dirasakan orang lain dalam konteks sosiologis kehidupan. Gangguan ini meresap kedalam unsur biografi interdependen (identitas, temporalitas, dan tubuh). Gangguan atau perasaan disekuilibrium ini ditandai oleh rasa kehilangan kendali, sehingga menjadi keadaan yang ketidakpastian. Seiring konteks kehidupan terus terungkap, dimensi ketidakpastian terwujud, tidak dalam urutan linier tahap atau fase, tapi dalam perbedaan yang mengganggu persepsi tentang tubuh yang tidak menentu, tidak pasti temporalitas, dan identitas yang tidak pasti.

Pengalaman penyakit selalu ditempatkan dalam konteks biografis, yaitu penyakit yang dialami secara terus-menerus dalam domain kehidupan yang berhubungan dengan penyakit ketidakpastian bervariasi dalam dominasi lintas lintasan penyakit melalui arus persepsi diri dan interaksi dengan orang lain yang dinamis. Aktivitas hidup dan hidup dengan penyakit adalah bentuk pekerjaan. Lingkup pekerjaan meliputi orang dan semua orang lain dengan siapa dia berinteraksi, termasuk keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Ini merupakan jaringan pemain disebut total organisasi. Orang sakit (atau pasien) adalah pekerja pusat. Namun, semua pekerjaan terjadi di dalam dan saling mempengaruhi. Disusun oleh total organisasi. Jenis pekerjaan yang diselenggarakan pada trajectory  yang dilakukan oleh pasien dan keluarga:

1.    Pekerjaan terkait penyakit

Diagnostik, manajemen gejala, regimen perawatan, dan pencegahan krisis

2.    Pekerjaan sehari-hari

Aktivitas hidup sehari-hari, menjaga rumah tangga, menjaga sebuah kependudukan, mempertahankan hubungan, dan rekreasi

3.    Pekerjaan biografis

Pertukaran informasi, ekspresi emosional, dan pembagian tugas melalui interaksi dalam total organisasi

4.    Pekerjaan pengurangan ketidakpastian

Kegiatan diundangkan untuk mengurangi dampak temporal, tubuh, dan ketidakpastian identitas

Keseimbangan jenis pekerjaan ini bersifat dinamis, responsif, berfluktuasi sepanjang waktu, situasi, persepsi, dan beragam pemain dalam total organisasi untuk mendapatkan rasa keseimbangan (control). Keterkaitan ini di antara jenis pekerjaan tercipta sebuah ketegangan yang ditandai dengan pergeseran dominasi jenis pekerjaan melintasi lintasan. Yang penting adalah konteks biografi berakar pada tubuh. Saat tubuh berubah selama perjalanan sakit dan perawatan, kapasitas untuk melakukan jenis pekerjaan tertentu dan akhirnya identitas seseorang adalah berubah. Kontribusi utama dari pekerjaan ini adalah penggambaran jenis pekerjaan pengurangan ketidakpastian. Kegiatan ini diberlakukan untuk mengurangi dampak dari berbagai keadaan ketidakpastian yang diinduksi dalam menjalani kemoterapi kanker. Strategi ini sangat dinamis dan responsif dan terjadi dikombinasi dan konfigurasi bervariasi di seluruh lintasan penyakit untuk pemain yang berbeda dalam organisasi. Mereka yang memberlakukan strategi ini mempengaruhi konsepsi diri saat mereka memantau tanggapan orang lain terhadap strategi yang mereka coba kelola dalam hidup dengan penyakit.

Domain

Sumber Ketidakpastian

Dimensi Ketidakpastian

Ketidakpastian Sementara

 

 

Harapan yang diupayakan tentang arus kejadian kehidupan yang terganggu

Sebuah disfungsi temporal di dalam biografi.

 

Ketidakpastian Tubuh

Perubahan yang berhubungan dengan penyakit dan perawatan berpusat di kemampuan seseorang tampil dalam kegiatan yang melibatkan penampilan, fungsi fisiologis, dan respon terhadap pengobatan

 

Ketidakpastian Identitas

Interpretasi diri terdistorsi sebagai tubuh gagal untuk  melakukan dengan cara biasa, dan harapan terkait dengan arus kejadian (temporalitas) diubah oleh penyakit dan pengobatan.

Hidup dianggap berada pada keadaan konstan fluks terkait untuk penyakit dan pengobatan.

Masa lalu diri dipandang berbeda (misalnya cara penggunaannya).

Harapan diri saat ini yang  terdistorsi oleh penyakit dan pengobatan.


Harapan masa sekarang dari terdistorsi oleh penyakit dan pengobatan



Antisipasi masa depan diri diubah Iman dalam tubuh terguncang (kegagalan tubuh)

Konsepsi yang pertama terbentuk (seperti dulu) berawal dengan keadaan yang berubah dari tubuh saat ini danmengubah harapan untuk bagaimana tubuh bisa tampil di masa depan.

 

 

 

Kegagalan tubuh dan kesulitan membaca tubuh baru ini membuat kesulitan pembentukan konsep diri.

Keterlambatan temporalitas menganggu harapan.

Hilangnya prediksi prediktif temporal keprihatinan seputar:

  • Durasi: berapa lama
  • Kecepatan: seberapa cepat
  • Frekuensi: seberapa sering pengalaman waktu terdistorsi (yaitu, terbentang, dibatasi, atau tidak terbatas)

 

 

Ambiguitas dalam membaca tanda tubuh. Kekhawatiran seputar:

· Apa yang sedang dilakukan terhadap tubuh

• Resistansi tubuh terlarang

•Khasiat dan risiko pengobatan

• Kambuhnya penyakit

 

 

Latihan kehidupan yang diharapkan hancur berantakan.

Bukti didapat dari kemampuan membaca tubuh tidak bisa ditafsirkan dalam hal kerangka pemahaman.

Harapan dipertahankan meski mengubah keadaan.

 

Asumsi Utama

Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd tentang trajektori sakit. Teori ini menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan turunannya dalam sebuah perspektif sosiologis Teori ini meliputi tidak hanya komponen fisik dari penyakit, tetapi “total organisasi kerja yang dilakukan selama perjalanan penyakit” (Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Trajektori sakit secara teoritis berbeda dari perjalanan suatu penyakit. Dalam teori ini, trajektori sakit tidak terbatas pada orang yang menderita penyakit. Sebaliknya, organisasi keseluruhan melibatkan orang sakit, keluarga, dan professional perawatan kesehatan yang memberikan perawatan (Alligood, 2014).

Teori ini menjelaskan penggunaan istilah kerja. “Para pemain yang bervariasi dalam organisasi memiliki berbagai jenis pekerjaan; namun, pasien adalah pekerja sentral dalam trajektori sakit”. Pekerjaan yang hidup dengan penyakit menghasilkan konsekuensi tertentu yang menyerap kehidupan orang-orang yang terlibat. Pada gilirannya, konsekuensi dan konsekuensi timbal balik berada diseluruh organisasi, melibatkan organisasi, melibatkan organisasi keseluruhan dengan pekerja pusat (yaitu, pasien) melalui trajektori hidup dengan penyakit. Hubungan antara para pekerja di dalam trajektori adalah sebuah atribut yang “memengaruhi baik manajemen dari perjalanan penyakit itu, maupun nasib orang yang sakit” (Wiener & Dodd, 1993, dalam Alligood, 2014).

 

Penegasan Teoritis

Konteks untuk pekerjaan dan hubungan sosial yang memengaruhi pekerjaan hidup dengan penyakit dalam teori trajektori sakit berbasis pada karya yang dipengaruhi oleh Corbin dan Strauss (1988). Sebagai pekerja pusat, tindakan-tindakan dilakukan seseorang untuk mengelola dampak hidup dengan penyakit dalam berbagai konteks, termasuk biografis (konsepsi diri) dan sosiologis (interkasi dengan orang lain). Dari perspektif ini, mengelola gangguan (atau koping terhadap ketidakpastian) melibatkan interaksi pasien dengan berbagai pemain dalam organisasi serta kondisi sosial eksternal. Mengingat kompleksitas interaksi tersebut di beberapa konteks dan dengan banyak pemain di seluruh trajektori sakit, koping adalah sebuah proses yang sangat bervariasi dan dinamis (Alligood, 2014).

Awalnya, diantisipasi bahwa trajektori hidup dengan kanker memiliki fase-fase yang kelihatan atau tahapan yang dapat diidentifikasi oleh pergeseran besar masalah, tantangan, dan kegiatan yang dilaporkan. Ini adalah alasan untuk mengumpulkan data kualitatif di tiga titik selama pengobatan kemoterapi. Bahkan, gagasan ini tidak berlaku: status fisik pasien dengan kanker dan konsekuensi sosial-psikologis penyakit dan pengobatan adalah tema sentral pada semua titik pengukuran sepanjang trajektori (Alligood, 2014).

Para penulis secara konseptual menyamakan ketidakpastian dengan hilangnya kontrol, menggambarkan sebagai “aspek yang paling bermasalah dari hidup dengan kanker”. Penegasan teoritis ini tercermin lebih lanjut dalam identifikasi proses sosial-psikologis inti dari hidup dengan kanker, :mentoleransi ketidakpastian yang menyertai penyakit” (Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat ketidakpastian diungkapkan oleh pasien dan keluarga yang berbasis dalam kerangka kerja teoritis dari total organisasi dan kondisi sosiologis eksternal, termasuk sifat dukungan keluarga, sumber daya keuangan, dan kualitas bantuan dari penyedia layanan kesehatan (Alligood, 2014).

 

Penggunaan Bukti Empiris

Teori Trajectory sakit diperluas melalui analisis sekunder data kualitatif yang dikumpulkan selama studi longitudinal prospektif yang memeriksa koping dan perawatan diri keluarga selama 6 bulan pengobatan kemoterapi. Sampel untuk studi yang lebih besar termasuk 100 pasien dan keluarga mereka. Setiap pasien telah didiagnosis menderita kanker (payudara, paru-paru, kolorektal, ginekologi, atau limfoma) dan sedang dalam proses menerima kemoterapi untuk pengobatan penyakit awal atau untuk kekambuhan kembali. Subjek dalam studi ini didesain setidaknya satu anggota keluarga yang bersedia untuk berpartisipasi dalam studi ini.

Meskipun ukuran kuantitatif maupun kualitatif digunakan dalam pengumpulan data untuk studi yang lebih besar, teori ini diperoleh melalui analisis kualitatif data. Wawancara terstruktur seputar koping keluarga dilakukan di tiga titik selama pengobatan kemoterapi. Para pasien dan anggota keluarga diminta untuk mengingat bulan sebelumnya dan kemudian mendiskusikan masalah paling penting atau tantangan yang harus mereka hadapi, tingkat kesulitan yang diciptakan oleh masalah itu dalam keluarga, dan kepuasan mereka dengan manajemen dari masalah itu.

Perhatian yang cermat diberikan untuk konsistensi pengumpulan data: anggota keluarga konsisten dan hadir untuk setiap wawancara, panduan wawancara yang terstruktur, dan perawat-pewawancara yang sama melakukan setiap titik pengumpulan data terhadap sebuah keluarga yang diberikan. Proses wawancara direkam, dibuat transkripsi secara kata perkata, dan kehadiran perawat yang merekam di setiap wawancara untuk mencatat frase kunci ketika wawancara berlangsung lebih lanjut untuk meningkatkan ketelitian metodologis. Hasil pengumpulan data terdiri dari 300 wawancara (tiga wawancara untuk masing-masing 100 unit pasien-keluarga) diperoleh pada titik-titik yang bervariasi dengan tujuan pengobatan kemoterapi untuk kanker.

Ketika data untuk studi yang lebih besar dianalisis, menjadi jelas bagi Dodd (peneliti utama) bahwa data wawancara kualitatif memberikan wawasan yang signifikan yang selanjutnya dapat  menginformasikan studi. Wiener, seorang ahli teori grounded yang bekerja sama dengan Strauss,salah satu pendiri metode ini, kemudian direkrut untuk melakukan analisis data wawancara sekunder. Perlu dicatat bahwa metode teori grounded biasanya melibatkan sebuah proses perulangan bersamaan dalam pengumpulan dan analisis data (Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1965). Ketika wawasan teoretis diidentifikasi, pengumpulan data sampling dan selanjutnya secara teoritis didorong untuk menyempurnakan konsep, dimensi, variasi, dan kasus negatif yang muncul. Namun, dalam proyek ini, data telah dikumpulkan sebelumnya menggunakan panduan wawancara terstruktur; dengan demikian, ini adalah analisis sekunder dari kumpulan data yang telah ada.

Keahlian Wiener dalam teori grounded menunjukkan adaptasi dari metode teori ground untuk aplikasi data sekunder yang terbukti berhasil. Pada dasarnya, prinsip yang mendasari analisis (yaitu, paradigma coding/pengkodean) diterapkan untuk kumpulan data yang sudah ada sebelumnya. Penyelidikan analitis melanjutkan secara induktif untuk mengungkapkan proses sosial-psikologis inti di seputar yang dijelaskan oleh teori ini. Dimensi ketidakpastian, proses manajemen, dan konsekuensi-konsekunsi dijelaskan lebih lanjut untuk mengungkapkan konsistensi internal dari perspektif teoritis dari trajektori sakit.

Ketika mempertimbangkan penggunaan metode teori grounded yang diadaptasi untuk menganalisis bukti empiris yang sudah ada sebelumnya, beberapa wawasan mendukung integritas karya ini. Pertama, Wiener dipersiapkan dengan baik untuk pengembangan aplikasi baru dari metode ini melalui pelatihan dan pengalamannya sebagai ahli teori grounded. Kredibilitas metodologis peneliti ini mendukung perluasannya dari sebuah metode penelitian tradisional menjadi sebuah aplikasi baru dalam perspektif disiplinnya (sosiologi). Dukungan lebih lanjut adalah dari ukuran kumpulan data: 100 pasien dan keluarga diwawancarai masing-masing tiga kali, untuk total 300 wawancara, satu kumpulan data yang sangat besar untuk penelitian kualitatif. Oberst menunjukan bahwa volume data yang diberikan ini,beberapa kemiripan sampling teoritis (dalam kumpulan data penuh) kemungkinan akan diizinkan oleh para peneliti (Oberst, 1993). Tapi ukuran kumpulan data belaka tidak menceritakan keseluruhan cerita.

Sampling pasien yang memiliki kankerkisaran jenis-jenis yang relatif luas (mulai dari kanker ginekologi sampai kanker paru-paru) dan baik pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi awal maupun mereka yang menerima pengobatan untuk kekambuhan berkontribusi secara signifikan terhadap variasi dalam kumpulan data. Strategi-strategi pengambilan sampel pada akhirnya memberikan kontribusi untuk membangun sampel yang sesuai, terutama untuk mengungkapkan perspektif perubahan trajektori dari waktu ke waktu. Akhirnya, meskipun format wawancara yang terstruktur, adalah penting untuk dicatat bahwa pasien dan keluarga berdialog tentang peristiwa-peristiwa bulan sebelumnya dalam bentuk "brainstorming" (Wiener & Dodd, 1993, hal 18). Teknik ini memungkinkan subjek untuk memperkenalkan hampir semua topik yang menjadi perhatian mereka (terlepas dari struktur wawancara berikutnya). Transkripsi rekaman secara kata per kata dari dialog-dialog ini memberikan kontribusi terhadap variasi dan ketepatan kumpulan data yang dihasilkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bukti empiris diambil melalui wawancara yang dilakukan dalam studi yang lebih besar menyediakan data yang memadai dan sesuai untuk analisis sekunder menggunakan metode teori ground yang secara tepat disesuaikan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2017. Nursing theories and their work. Singapore: Elsevier

Christensen, D. (2015). The Health Change Trajectory Model. Advances in Nursing Science38(1), 55–67. https://doi.org/10.1097/ANS.0000000000000061

Klimmek, R., & Wenzel, J. (2013). NIH Public Access, 39(6). https://doi.org/10.1188/12.ONF.E499-E510.Adaptation

Lam, W. W. T., Soong, I., Yau, T. K., Wong, K. Y., Tsang, J., Yeo, W., … Fielding, R. (2013). The evolution of psychological distress trajectories in women diagnosed with advanced breast cancer: A longitudinal study. Psycho-Oncology22(12), 2831–2839. https://doi.org/10.1002/pon.3361

Missel, M., Pedersen, J. H., Hendriksen, C., Tewes, M., & Adamsen, L. (2015). Diagnosis as the First Critical Point in the Treatment Trajectory. Cancer Nursing38(6), E12–E21. https://doi.org/10.1097/NCC.0000000000000209

Murray, S. A. (2005). Illness trajectories and palliative care. Bmj330(7498), 1007–1011. https://doi.org/10.1136/bmj.330.7498.1007

 

Teori Keperawatan

TEORI  IDA JEAN ORLANDO NURSING PROCESS DISCIPLINE

(DISIPLIN PROSES KEPERAWATAN)

 

Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan ( nursing process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan  untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006: 434).

Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai  interaksi total (total interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tindakan yang tepat (George, 1995 ;162)

 

Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan Orlando

        Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, Orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.

Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan.

1.    Fungsi dari keperawatan yang profesional

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui  kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran  profesionalnya, aktivitas perawat  profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai  tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada  aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.  

2.    Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukkan pasien.

3.    Reaksi segera

Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.

4.    Disiplin proses keperawatan

Menurut George  (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai  interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tindakan yang tepat.

5.    Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

 

Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan  untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses keperawatan didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien  adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan.

1.    Perilaku Pasien

Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan  perilaku pasien . seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ” dengan diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu bantuan”.

Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor  kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang  untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci

2.    Reaksi Perawat

Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini terdiri dari 3 bagian yaitu  pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian, persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengapa ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.

Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi “ beberapa observasi dilakukan  dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu “.

Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;

a.    Perawat harus segera menemui pasien  dan konsisten terhadap  perilaku verbal dan nonverbalnya kepada pasien

b. Perawat harus dapat mengkomunikasikannya  dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya

c.    Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.

3.    Tindakan Perawat

Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.

Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana  yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:

a.   Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.

b. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.

c.    Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap

d. Perawat  membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.

Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi  reaksi perawat

4.      Fungsi profesional

Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat  perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.

Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien  dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya dan perawat membantu pasien dengan  menggunakan proses yang sama agar komunikasi lebih efektif . Selanjutnya tindakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antara pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak , perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil . Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.

 

Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando

Asumsi Orlando terhadap paradigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai  empat area yang ditekuninya :

1.    Perawat

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien,  reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien

2.    Manusia

Manusia bertindak atau berperilaku  secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.

2.    Sehat

Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap sehat.

3.    Lingkungan

Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikit, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.

 

DAFTAR PUSTAKA

 George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.

Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6

                   Ed. USA : Mosby Inc.


Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

ANATOMI DAN FISIOLOGI SYSTEM PENCERNAAN

 

    Anatomi sistem pecernaan terdiri dari organ-organ pencernaan yang dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran pencernaan dan organ pencernaan pelengkap. Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran gastrointestinal (GI), adalah saluran panjang yang masuk melalui tubuh dari mulut ke anus. Saluran ini mencerna, memecah dan menyerap makanan melalui lapisannya ke dalam darah. Organ dalam saluran pencernaan ini meliputi mulut, esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di anus. Organ pencernaan pelengkap (aksesori) termasuk lidah, gigi, kantung empedu, kelenjar air liur, hati, dan pankreas. Gigi dan lidah terletak di dalam mulut yang juga membantu proses pencernaan, dalam mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi lebih halus. Sementara kelenjar pencernaan manusia yang terdiri dari kelenjar air liur, hati, dan pankreas membantu menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan.


MULUT

     Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana pencernaan kimia dan mekanik terjadi. Di dalam mulut terdapat organ aksesori yang membantu pencernaan makanan, yaitu lidah, gigi, dan kelenjar air liur.

Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus dan lunak agar lebih mudah untuk ditelan dan dicerna.

Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil Gigi seri untuk menggigit, Gigi taring untuk merobek, Gigi geraham untuk mengunyah, kemudian makanan akan dibasahi oleh air liur yang dihalilkan dari kelenjar liur; parotis, submandibularis dan sublingualis yang mensekresi ± 1 lt saliva/hari. Fungsi saliva Merubah KH menjadi maltosa oleh enzim amilase (ptialin), Melicinkan/melumasi bolus sehingga mudah ditelan, Menetralkan/mengencerkan bolus. Faktor yg mempengaruhi sekresi saliva yaitu; faktor mekanik; adanya bolus dalam mulut, faktor Psikhis; mencium/memikirkan  makanan, faktor kimiawi; bolus yang asam atau asin. Kemudian lidah dan otot-otot lain mendorong makanan ke dalam faring (Pharynx) dan melewatkannya ke dalam kerongkongan (esophagus). Ini terjadi karena lidah mempunyai fungsi; Mengaduk makanan, Mengecap makanan, Membantu waktu menelan dan Membentuk suara. Pada lidah juga Terdapat papil degan saraf rasa; Rasa pahit pada pangkal lidah, Rasa manis pada ujung lidah, Rasa asin pada ujung samping kiri dan kanan lidah dan  Rasa asam pada samping kiri dan kanan lidah.

kerongkongan (esophagus) adalah saluran penghubung antara mulut dengan lambung, yang letaknya di antara tenggorokan dan lambung. Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan ini disebut dengan gerak peristaltik. Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter (cincin otot), yang memungkinkan makanan untuk masuk ke lambung dan kemudian menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik kembali ke kerongkongan.

    Bagian luar lidah mengandung banyak papilla kasar untuk mencengkeram makanan karena digerakkan oleh otot lidah. Sementara, air liur yang diproduksi oleh kelenjar air liur (terletak di bawah lidah dan dekat rahang bawah), dilepaskan ke dalam mulut. Air liur mulai memecah makanan, melembapkannya dan membuatnya lebih mudah untuk ditelan. Air liur mulai memecah karbohidrat dengan bantun enzim yang dihasilkannya, yaitu enzim amilase. Gerakan oleh lidah dan mulut mendorong makanan ke bagian belakang tenggorokan untuk menelannya. Klep (epiglotis) menutup di atas batang tenggorokan (trachea) untuk memastikan bahwa makanan masuk ke kerongkongan dan bukan saluran udara. Hal ini untuk mencegah tersedak saat menelan makanan

 

LAMBUNG

   Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya sekitar dua kepalan tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus halus di perut bagian atas.

Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu untuk menyimpan makanan dan cairan yang tertelan; untuk mencampur makanan dan cairan pencernaan yang diproduksinya, dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus kecil.

Hanya beberapa zat, seperti air dan alkohol, yang dapat diserap langsung dari lambung. Zat-zat makanan lainnya harus menjalani proses pencernaan lambung.

Sel pada lambung dan sekresinya yaitu Sel epitel permukaan mensekresikan Mukus netral, Sel Mukus (sel leher/neck cells) mensekresikan Mukus asam, Sel Parietal/sel HCl mensekresikan Asam klorida (HCl)/asam lambung dan faktor intrinsik untuk vitamin B12, Sel Zimogen/Chief cells mensekresikan pepsinogen – pepsin, dan Sel Argenafin mensekresikan Sekretin, gastrin, kolesistokinin.

Getah lambung mengandung asam klorida, ensim-ensim dan mukus (lendir). Ada 3 macam ensim yaitu Ensim Pepsin untuk mencerna protein dalam suasana asam.  Ensim Renin berfungsi untuk menggumpalkan susu, Lipase berfungsi untuk mencerna lemak. Mukosa lambung juga mensekresikan intrinsik faktor yang diperlukan untuk mengabsorpsi Vitamin.

Makanan diolah menjadi bentuk semi padat yang disebut chyme. Setelah makan, chyme perlahan dilepaskan sedikit demi sedikit melalui pyloric sphincter, sebuah cincin otot antara lambung dan bagian pertama dari usus halus yang disebut duodenum (usus 12 jari). Sebagian besar makanan meninggalkan perut hingga empat jam setelah makan.

USUS HALUS

    
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari)jejunum (bagian tengah melingkar), dan ileum (bagian terakhir).

Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan panjang sekitar 10 meter. Usus halus terletak hanya lebih rendah daripada lambung dan memakan sebagian besar ruang di rongga perut. Seluruh usus halus digulung seperti selang dan permukaan bagian dalamnya penuh dengan banyak tonjolan dan lipatan. Lipatan ini digunakan untuk memaksimalkan pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat makanan meninggalkan usus halus, sekitar 90 persen dari semua nutrisi telah diekstraksi dari makanan yang masuk ke dalamnya.

Duodenum (usus 12 jari) adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

Jejunum (bagian tengah melingkar) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

Ileum (bagian terakhir) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.

Fungsi usus halus yaitu: -Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain yang dibuat oleh sel usus, pankreas, dan hati. Kelenjar di dinding usus mengeluarkan enzim yang memecah pati dan gula. Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil yang membantu pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Hati menghasilkan empedu, yang disimpan di kantong empedu. Empedu membantu membuat molekul lemak dapat larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh. –Proses absorbsi dimana usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan. Dinding bagian dalam dari usus kecil ditutupi oleh jutaan villi dan mikrovilli. Kombinasi keduanya meningkatkan luas  permukaan usus halus secara besar-besaran, memungkinkan penyerapan nutrisi terjadi. Fungsi absorbsi  Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan KH, L. P (gula sederhana, asam lemak dan asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan sel-sel tubuh.  Zat zat gizi yg diabsorbsi melalui pembuluh darah kapiler masuk ke aliran darah : -Protein -HA -Vit B, C -Air Sebagian mineral.  Zat gizi yg diabsorbsi melalui pembuluh lakteal masuk ke aliran limfe : -Lemak -Vit A, D, E, K -Sebagian mineral.

Enzim pada usus halus yaitu Enterokinase merubah tripsinogen menjadi tripsin, Amnopeptidase merubah aminopeptida menjadi dipeptida, Dipeptidase merubah dipeptida menjadi asam amino, Sukrase merubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, Maltase merubah maltosa menjadi glukosa dan Laktase merubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Lamanya kimus dalam usus halus 3 – 10 jam dengan frekwensi peristaltik 4 – 8 x/menit

 

USUS BESAR

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari cecum (sekum) dan kolon terdiri atas tiga; kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Usus besar berukuran sekitar 5-6 meter.

Sekum adalah kantung di awal usus besar. Area ini memungkinkan makanan lewat dari usus halus ke usus besar. Kolon adalah tempat cairan dan garam diserap, mengabsobsi sekitar 600 ml/hr. (kapasitas absorbsi 2000 ml/hr) dan memanjang dari sekum ke rektum.

Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam (elektrolit) dari bahan yang tidak tercerna dan membentuk limbah padat yang dapat dikeluarkan. Bakteri di usus besar membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus besar dipindahkan ke arah rektum, di mana feses disimpan sampai meninggalkan tubuh melalui anus

 

REKTUM dan ANUS

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB..

Anus Memiliki 2 Otot yaitu Otot tak sadar (internal) dan Otot sadar (eksternal).

Mekanisme pengeluaran feses dari anus:

1.    Feses – dinding rektum – otot tak sadar (relaksasi/mengendur) – keinginan buang air besar.

2.    Pada saat bersamaan, otot sadar (atas keinginan sendiri) berkontraksi (mengerut) sehingga kita bisa menahan untuk buang air besar.

3.    Jika kita menahan reflex pengeluaran, maka reflex itu akan hilang dalam beberapa menit dan baru timbul lagi beberapa jam kemudian.

4.    Mekanisme ini yang mengakibatkan kita dapat menahan buang air besar.

 

KELENJAR BESAR PADA PERUT

Dua jenis kelenjar perut besar yaitu Hati (Hepar) dan Pankreas. Kelenjar ganda yaitu Eksokrin: ensim-ensim dan Endokrin: hormon.

Kelenjar Besar Pankreas memiliki 3 enzim; Enzim amilase mengubah zat pati menjadi disakarida, Enzim lipase merubah lemak menjadi gliserida, asam lemak dan gliserol dan Enzim tripsinogen merubah pepton menjadi polipeptida. Fungsi pancreas yaitu pada Sel Alpha (Sel A;  Glukagon, merubah glikogen menjadi glukosa, pada Sel Beta (Sel B) Proinsulin, Insulin: untuk masuknya glukosa ke dalam sel-sel tubuh, pada Sel C Belum diketahui dan pada Sel Delta (Sel D) Somatostatin menghambat pelepasan insulin & glucagon, Vasoactive intestinal peptide (VIP)  Melisis glikogen,  Motilitas usus dan sekresi kelenjar usus.

Kelenjar Hati/Liver/Hepar Terletak dibawah diafragma di abdomen atas yang berfungsi Menyerap semua bahan dari usus Zat-zat yang berguna, Racun-racun atau zat toksik serta Mensekresikan empedu. Kelenjar Hati menghasilkan empedu, yang kemudian disimpan di kantung empedu, kemudian jika ada makanan yang masuk duodenum, empedu ini akan dituangkan ke duodenum dan digunakan untuk membantu pencernaan lemak.

Kelenjar Hati/Liver/Hepar Memperoleh suplai darah dari 2 tempat yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta (dari usus). Fungsi hati yaitu Mempertahankan kadar gula darah, Metabolisme lemak, Penyimpanan vitamin A dan B serta heparin, Pembentukan empedu, Pembentukan fibrinogen, Sintesa albumin dan kolesterol, Detoksikasi racun-racun atau zat toksik, Fagositosis dan Hemopoesis (fetus dan bayi baru lahir)