Sabtu, 31 Oktober 2020

Pengkajian Pada Sistem Pencernaan

PENGKAJIAN PADA SISTEM PENCERNAAN

 

Keluhan Utama

Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: 

1.        Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.

2.        Mual muntah

Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran gastro intestinal (GI), tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.

3.        Kembung dan Sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.

4.        Ketidaknyamanan Abdomen

Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.

5.        Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal  atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal  akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.

6.        Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

 

Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal: Pengkajian rongga mulut, Pengkajian esophagus, Pengkajian lambung, Pengkajian intestinal, Pengkajian anus dan feses dan Pengkajian organ aksesori.

1.        Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.

Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah  baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.

2.        Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

3.        Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan.  Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya,  serta data-data diagnostik dan pembedahan.

4.        Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti  inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.

5.        Riwayat alergi

Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.

 

Pemerikasaan fisik

Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.

1.        Ikterus

Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan. Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.

2.        Kaheksia dan atrofi

a.  Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.

b.    Pigmentasi kulit

c. Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati, hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut

d.   Status mental dan tingkat kesadaran

e.  Sindrom ensefalopati hepatik  akibat siroses lanjut yang tidak terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.

f.  Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.

Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.

1.        Bibir

Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.

2.        Rongga mulut

Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga mulut. 

Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.

3.        Lidah dan dasar mulut

Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut  dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.

Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.

Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.

Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula

4.        Kelenjar parotis

Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.

 

Pemeriksaan fisik Abdomen

1.        Inspeksi

Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial) Apa yang diinspeksi :

  • Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi vena
  • Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia umbilikalis.
  • Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant), “rounded” Scaphoid, (concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal dan femoral 14
  • Simetrisitas dari abdomen
  • Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum.
  • Apakah ada massa /tumor
  • Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
  • Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica .

2.        Palpasi

Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung-ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk). Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis seperti uterus yang hamil; inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista pancreas; vascular seperti aneurysma aorta; neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.

a.    Penilaian adanya iritasi peritoneum

Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif.15

b.    Palpasi Hepar / Hati

Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa

·      jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah

·      antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah

Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7).

Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati .

c.    Palpasi limpa

Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.

Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.


Gambar Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )


Gambar Palpasi limpa

Gambar Pemeriksaan Bimanual Ginjal

d.      d. Pemeriksaan Aorta

Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm lebarnya (tidak termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang dewasa tua bila ditemui masa di abdomen atas dan berdenyut ( pulsasi) maka dicurigai adalah aneurisma aorta.


Gambar Palpasi Aorta

 3.       Perkusi

Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya udara dalam gaster dan usus.


Orientasi perkusi

Lakukan perkusi yang benar diatas keempat kwadran untuk menilai distribusi dari tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol bila adanya gas dalam traktus digestivus, sedangkan cairan normal dan feces menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat dimana tympani berubah menjadi pekak pada masing-masing sisi. Cek area suprapubik, adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh atau karena uterus yang membesar. 
Perkusi hepar Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah umbilikus (area tympani) bergerak kearah atas ke hepar ( area pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya lakukan perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan kearah bawah ke hepar ( pekak ) untuk menidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter “vertical Span” / tingginya dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih besar pada laki laki daripada wanita, orang yang tinggi dari orang pendek. Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar diatas dari ruang intercostalis V dan 1 cm diatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih dari 6-12 cm, dan lobus kiri hepar 2 cm dibawah processus xyphoideus.

Perkusi hepar

Pekak hepar
            
        Perkusi Limpa

Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri. Perkussi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ). Limpa dapat membesar kearah anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan pekak karena organ padat. Bila kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini:

·      Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri (gambar6). Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan perkusi lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perobahan suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih normal. Hal ini memberikan tanda positif palsu.

·      Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari limpa. (gbr.7 ). Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka menyokong untuk splenomegali . Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster dan kolon, tetapi menyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.

 


Perkusi Limpa

 

Palpasi limpa


Palpasi Superficial Abdomen

4.        Auskultasi

Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau,adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi danperkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising usus. Letakan stetoskop di abdomen secara baik . Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekwensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan “gurgles” dengan frekwensi 5 – 15 kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi “Borborygmi” yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Pada pasien dengan hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi “bruits vascular“ yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruits sistolik dan diastolik pada pasien hypertensi akibat dari stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis (gambar 5) .


Proyeksi arteri di dinding anterior abdomen

 

Pengkajian organ aksesori

Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.

1.        Palpasi dan perkusi hati

Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati. Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan  tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal tidak dapat dipalpasi.  Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.

Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah.

Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata. Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan.

Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut. Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

 

 DAFTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC

Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC

Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar