PENGKAJIAN PADA SISTEM PENCERNAAN
Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan
menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum
antara lain:
1.
Nyeri
Keluhan nyeri dari
pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan
kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ
aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST,
sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung
pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran
nyeri.
2.
Mual muntah
Keluhan mual muntah
merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan
kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif
yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh
distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran gastro intestinal (GI),
tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat
muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan
dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus
gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat
terangsang.
3.
Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di
dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran
gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm.
Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai
lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien
sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.
4.
Ketidaknyamanan Abdomen
Ketidaknyamanan pada
abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan
saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung
menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih
lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat
berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress
abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan
utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan
abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi
dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.
5.
Diare
Diare adalah
peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya
zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare
osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah
infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi
usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan
kelainan elektrolit.
6.
Konstipasi
Konstipasi
didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi
berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap
sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi
dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila
individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga
memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus
besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik
air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon
melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau
makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi.
Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan
demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami
konstipasi.
Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan
dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya
sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif
dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah
dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan
dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem
gastrointestinal: Pengkajian rongga mulut, Pengkajian esophagus, Pengkajian
lambung, Pengkajian intestinal, Pengkajian anus dan feses dan Pengkajian organ
aksesori.
1.
Riwayat kesehatan sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan
semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan
keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak
terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan?
Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan
intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan
pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan
yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya.
Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika
membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat
melengkapi pengkajian.
2.
Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk
rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan
adanya alergi.
3.
Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan
pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana
saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan
penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus
peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal,
pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting
untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat
MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status
rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan
pembedahan.
4.
Riwayat penggunaan obat-obatan
Anamnesis tentang
penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun kualitas
akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat
atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI
seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan
kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau
ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna
obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak
kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia
/laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat
efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan
resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.
5.
Riwayat alergi
Perawat mengkaji
adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu
dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya
diare atau konstipasi.
Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada
sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau
mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.
1.
Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan
suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di klinik dimana konsentrasi
biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua jaringan
tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau
kuning kehijauan. Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila
kadar bilirubin serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum
dan gejala ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic,
konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.
2.
Kaheksia dan atrofi
a. Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus
dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit
yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan
yang belum lama terjadi.
b.
Pigmentasi kulit
c. Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan
pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris,
daerah-daerah yang tertekan, dan mulut
d.
Status mental dan tingkat kesadaran
e. Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak
terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut)
merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada
etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.
f. Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan
mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn
hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur
hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan
sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk
menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini
dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri
atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.
1.
Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna,
tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup,
perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda,
lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka
sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan
sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti
nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker
kulit.
2.
Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut
dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi
ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat menggunakan senter dan
spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus dipakai selama
pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring. Pengkajian
rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga
mulut.
Untuk melihat mukosa bukal,pasien
meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut
menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa.
Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter
menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah
muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa
bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau
pucat.
3.
Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi
dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih dahulu pasien
harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat
adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal
tersebut dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika
pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah.
Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.
Pada beberapa
keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan
otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple
forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk
menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.
Dengan menggunakan
senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi, tekstur, dan
adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau
merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus
sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat
bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi
area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.
Pada pengkajian
dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada
dasar mulut garis patah dari tulang mandibula
4.
Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan
melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis untuk mencari adanya
pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot masseter
dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan
didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada
penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat
sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.
Pemeriksaan fisik
Abdomen
1.
Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial) Apa yang diinspeksi :
- Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi vena
- Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia umbilikalis.
- Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant), “rounded” Scaphoid, (concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal dan femoral 14
- Simetrisitas dari abdomen
- Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum.
- Apakah ada massa /tumor
- Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
- Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica .
2.
Palpasi
Palpasi
superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang
superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan
ujung-ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang
tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh
kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau
tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu
diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan
permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran
untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap
jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan
dalam beberapa cara: fisiologis seperti uterus yang hamil; inflamasi seperti
divertikulitis kolon, pseudokista pancreas; vascular seperti aneurysma aorta;
neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker ovarium atau karena
obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.
a. Penilaian adanya iritasi peritoneum
Nyeri
abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot
dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal.
Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh
pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian
palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas.
Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian
tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang
tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif.15
b. Palpasi Hepar / Hati
Letakkan
tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien
tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan
tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan
ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial
atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam.
Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal.
Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat
bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior
dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata.
Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa
·
jarak
antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
·
antara
prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode
“Teknik hooking” (gambar
7).
Caranya berdiri pada sebelah kanan
pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah dari pinggir
pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa.
Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati .
c. Palpasi limpa
Dalam
menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak
berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa
membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan
pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di
garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur
dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis
yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan
sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi
menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat
dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan (ke arah
pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi
pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah limpa, maka
harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan
tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan
kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa.
Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam
kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun
mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan
ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.
Gambar Pemeriksaan Bimanual Ginjal
d. d. Pemeriksaan Aorta
Tekanlah
dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah dan
identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm
lebarnya (tidak termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang dewasa tua
bila ditemui masa di abdomen atas dan berdenyut ( pulsasi) maka dicurigai
adalah aneurisma aorta.
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya udara dalam gaster dan usus.
Orientasi perkusi
Normal
limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri.
Perkussi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ). Limpa dapat
membesar kearah anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster
dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan pekak karena organ padat. Bila
kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini:
· Lakukan perkusi
pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri (gambar6).
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan
perkusi lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perobahan
suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk
pembesaran limpa.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi
tapi limpa masih normal. Hal ini memberikan tanda positif palsu.
· Lakukan perkusi
dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari limpa. (gbr.7 ). Cobalah
utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka menyokong
untuk splenomegali . Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster dan
kolon, tetapi menyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.
Palpasi limpa
Palpasi Superficial Abdomen
4.
Auskultasi
Auskultasi
berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau,adanya
obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi
danperkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising
usus. Letakan stetoskop di abdomen secara baik . Dengarlah bunyi usus dan
catatlah frekwensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan
“gurgles” dengan frekwensi 5 – 15 kali permenit. kadang-kadang bisa didengar
bunyi “Borborygmi” yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras
karena hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare,
obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Pada pasien dengan
hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi “bruits
vascular“ yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruits
sistolik dan diastolik pada pasien hypertensi akibat dari stenosis arteri
renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang normal. Jika
kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka dengarkanlah bruits
sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis (gambar 5) .
Pengkajian organ
aksesori
Pengkajian organ aksesori biasanya
dilakukan bersamaan dengan peemriksaan abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai
adanya abnormalitas dari organ hati dengan teknik palpasi-perkusi hati dan
memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.
1.
Palpasi dan perkusi hati
Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat
menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi
pembesaran hati. Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah
toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi
tekanan ke atas. Manuver ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior.
Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan, perawat
meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah
hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien
menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat
mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal tidak dapat
dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki
teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat
melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan
permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas
atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan
adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah
kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian
dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah.
Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat
ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah
pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler
ataukah ireguler. Apa bila hati membesar, maka derajat pembesarannya hingga
dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran hati.
Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul dan
apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata. Hati seorang
pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis
teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan.
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi
disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa
pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa
nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan
gejala nyeri tekan tersebut. Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik
Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC
Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika