Sabtu, 31 Oktober 2020

Pengkajian Pada Sistem Pencernaan

PENGKAJIAN PADA SISTEM PENCERNAAN

 

Keluhan Utama

Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: 

1.        Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.

2.        Mual muntah

Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran gastro intestinal (GI), tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.

3.        Kembung dan Sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.

4.        Ketidaknyamanan Abdomen

Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.

5.        Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal  atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal  akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.

6.        Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

 

Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal: Pengkajian rongga mulut, Pengkajian esophagus, Pengkajian lambung, Pengkajian intestinal, Pengkajian anus dan feses dan Pengkajian organ aksesori.

1.        Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.

Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah  baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.

2.        Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

3.        Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan.  Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya,  serta data-data diagnostik dan pembedahan.

4.        Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti  inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.

5.        Riwayat alergi

Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.

 

Pemerikasaan fisik

Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.

1.        Ikterus

Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan. Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.

2.        Kaheksia dan atrofi

a.  Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.

b.    Pigmentasi kulit

c. Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati, hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut

d.   Status mental dan tingkat kesadaran

e.  Sindrom ensefalopati hepatik  akibat siroses lanjut yang tidak terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.

f.  Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.

Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.

1.        Bibir

Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.

2.        Rongga mulut

Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga mulut. 

Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.

3.        Lidah dan dasar mulut

Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut  dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah.

Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.

Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.

Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula

4.        Kelenjar parotis

Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.

 

Pemeriksaan fisik Abdomen

1.        Inspeksi

Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial) Apa yang diinspeksi :

  • Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi vena
  • Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia umbilikalis.
  • Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant), “rounded” Scaphoid, (concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal dan femoral 14
  • Simetrisitas dari abdomen
  • Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum.
  • Apakah ada massa /tumor
  • Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
  • Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica .

2.        Palpasi

Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung-ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk). Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis seperti uterus yang hamil; inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista pancreas; vascular seperti aneurysma aorta; neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.

a.    Penilaian adanya iritasi peritoneum

Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif.15

b.    Palpasi Hepar / Hati

Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa

·      jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah

·      antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah

Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7).

Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati .

c.    Palpasi limpa

Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.

Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.


Gambar Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )


Gambar Palpasi limpa

Gambar Pemeriksaan Bimanual Ginjal

d.      d. Pemeriksaan Aorta

Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm lebarnya (tidak termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang dewasa tua bila ditemui masa di abdomen atas dan berdenyut ( pulsasi) maka dicurigai adalah aneurisma aorta.


Gambar Palpasi Aorta

 3.       Perkusi

Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya udara dalam gaster dan usus.


Orientasi perkusi

Lakukan perkusi yang benar diatas keempat kwadran untuk menilai distribusi dari tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol bila adanya gas dalam traktus digestivus, sedangkan cairan normal dan feces menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat dimana tympani berubah menjadi pekak pada masing-masing sisi. Cek area suprapubik, adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh atau karena uterus yang membesar. 
Perkusi hepar Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah umbilikus (area tympani) bergerak kearah atas ke hepar ( area pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya lakukan perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan kearah bawah ke hepar ( pekak ) untuk menidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter “vertical Span” / tingginya dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih besar pada laki laki daripada wanita, orang yang tinggi dari orang pendek. Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar diatas dari ruang intercostalis V dan 1 cm diatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih dari 6-12 cm, dan lobus kiri hepar 2 cm dibawah processus xyphoideus.

Perkusi hepar

Pekak hepar
            
        Perkusi Limpa

Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri. Perkussi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ). Limpa dapat membesar kearah anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan pekak karena organ padat. Bila kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini:

·      Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri (gambar6). Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalamdan perkusi lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perobahan suaraperkusi dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa.Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih normal. Hal ini memberikan tanda positif palsu.

·      Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari limpa. (gbr.7 ). Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka menyokong untuk splenomegali . Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster dan kolon, tetapi menyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.

 


Perkusi Limpa

 

Palpasi limpa


Palpasi Superficial Abdomen

4.        Auskultasi

Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau,adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi danperkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising usus. Letakan stetoskop di abdomen secara baik . Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekwensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan “gurgles” dengan frekwensi 5 – 15 kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi “Borborygmi” yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Pada pasien dengan hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi “bruits vascular“ yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruits sistolik dan diastolik pada pasien hypertensi akibat dari stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis (gambar 5) .


Proyeksi arteri di dinding anterior abdomen

 

Pengkajian organ aksesori

Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.

1.        Palpasi dan perkusi hati

Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati. Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan  tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal tidak dapat dipalpasi.  Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.

Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah.

Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata. Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan.

Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut. Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

 

 DAFTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC

Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC

Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

 

Minggu, 18 Oktober 2020

Teori Nola J. Pender

 Teori Nola J. Pender (Health Promotion Model)

 

Biografi  Nola J. Pender

Nola J. Pender pertema bertemu dengan perawat profesional saat ia berusia 7 tahun ketika ia melihat perawat memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya yang diearawat di rumah sakit, pengaaman melihat perawata memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya membuat ia memiliki keinginan untuk menjadi seoarang perawat (Pender, Personal communication, May 6, 2004). Pengalaman dan pendidikan menanamkan keinginannya untuk peduli dengan orang lain dan mempengaruhi kepercayaannya bahwa tujuan dari seorang perawat adalah membantu orang lain. Pender berkontribusi dalam pengetahuan perawat mengenai promosi kesehatan melalui penelitian, pengajaran, presentasi dan tulisannya (Alligood & Tomey, 2010).

Pender lahir pada 16 agustus 1941 di Lansing Mighican, ia adalah anak tunggal dari Latar belakang pender dalam keperawatan, Perkembangan manusia, pengalaman psikologis, dan pendidikanya membawanya untuk menggunakan perspektif keperawatan yang holistik, psikologisosial dan teori pembelajaran sebagai pondasi Health Promotion Model (HPM), HPM terintegrasi dalam beberapa konstruksi. Central dari HPM adalah teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (1977), yang menyatakan pentingnya proses kognitif dalam merubah prilaku. teori pembelajaran sosial berubah nama menjadi teori sosial kognitif, yang mencakup kepercayaan diri, hubungan diri, evaluasi diri dan keefektifan diri. Keefektifan diri  adalah pusat dalam membangun Health Promotion Model (Pender, 1996; Pender, murdaugh, and parsons, 2002) dan selanjutkan model nilai harapan dalam motivasi manusia yang dijelaskan  oleh feather (1982) menjelasakan bahwa prilaku adalah rasional dan ekonomis yang sangat penting dalam perkembangan model.

kedua orang tuanya yang mendukung pendidikannya, keluarga mendukungnya untuk menjadi perawat yang teregistrasi di sekolah perawat di West Suburban hospital in Oak Park Illinois. Pender menamatkan Diploma III Keperawatan pada tahun 1962 dan mulai bekerja di unit medikal bedah dan selanjutnya di unit pediatrik di Michigan Hospital, pada tahun 1964 pender menyelesaikan Program S1 di Universitas Michigan. Selanjutnya ditahun 1960 han mengubah jurusannya dari dan memperoleh masternya. Dia menyelesaikan master dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia di Michigan State University di tahun 1965. The  M.A dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia mempengaruhi ketertarikannya  dalam kesehatan manusia, kemudian pender menyelesaikan PhDnya Psikologi dan pendidikan ditahun 1969 di Northwestern University

 

Konsep Dasar Grand Nursing Theory HPM

Sumber-Sumber Teori

Latar belakang pender dalam keperawatan, Perkembangan manusia, pengalaman psikologis, dan pendidikanya membawanya untuk menggunakan perspektif keperawatan yang holistik, psikologisosial dan teori pembelajaran sebagai pondasi Health Promotion Model (HPM), HPM terintegrasi dalam beberapa konstruksi. Central dari HPM adalah teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (1977), yang menyatakan pentingnya proses kognitif dalam merubah prilaku. teori pembelajaran sosial berubah nama menjadi teori sosial kognitif, yang mencakup kepercayaan diri, hubungan diri, evaluasi diri dan keefektifan diri. Keefektifan diri  adalah pusat dalam membangun Health Promotion Model (Pender, 1996; Pender, murdaugh, and parsons, 2002) dan selanjutkan model nilai harapan dalam motivasi manusia yang dijelaskan  oleh feather (1982) menjelasakan bahwa prilaku adalah rasional dan ekonomis yang sangat penting dalam perkembangan model.

The HPM memiliki persamaan dengan Health belief Model (Becker, 1974) yaitu menjelaskan perilaku pencegahan penyakit tetapi HMB tidak dibatasi dalam menjelasakan perilaku pencegahan penyakit tetapi HPM memiliki perbedaan dengan HBM yaitu karena HPM tidak menjadikan rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk berprilaku sehat tetapi HPM mengembangkan cakupan prilaku untuk meningkatkan kesehatan dan menerapkan proses kehidupan secara potensial (Pender, 1996; Pender, murdaugh, and parsons, 2002).

 

Konsep Utama dan Definisi HPM

Konsep-konsep Utama dan definisi yang disajikan dapat ditemukan pada HPM  direvisi (Pender et al,2006). Selanjutnya adalah karakteristik-karakteristik individu dan pengalaman yang dapat mempengaruhi perikaku kesehatan selanjutnya.

1.    Prior related behavior

Perilaku yang sering dilakukan sebelumnya dimasa lalu secara langsung dan tidak langsung berdampak kepada kemungkinan perilaku yang meningkatkan status kesehatan.

2.    Personal factors

Dikatagorikan sebagai faktor biologis, psikologis, dan sosialkultur. Faktor-faktor ini  merupakan prediksi perilaku tertentu dan dibentuk oleh sifat dari  perilaku yang diharakan dan dipertimbangkan.

a.    Personal Biological Faktors

Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah umur, jenis kelamin, IMT, status puberitas, status menopause, kemampuan pemenuhan oksigen, kekuatan, kelincahan dan keseimbangan.

b.    Personal Psychological Factors

Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harga diri, motivasi diri, kemampuan personal, status kesehatan yang dirasakan dan definisi sehat yang dirasakan.

c.    Personal Sociocultural Factors

Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah ras, etnik,budaya, pendidikan, dan status ekonomi, perilaku kognitif spesifik dan efek-efeknya dianggab sebagai motivasi utama yang signifikan, variabel ini dapat dimotivasi melalui intervensi keperawatan.

3.    Perceived Benefits of Actions

Manfaat tindakan yang dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif yang yang dihasilkan dari berprilaku hidup sehat.

4.    Perceived Barriers to Actions

Tantangan atau hambatan yang dirasakan diantisipasi, digambarkan atau diblok dan mengusahakan  melakukan suatu perilaku tertentu.

5.    Perceived Self-Efficacy

     Kemampuan diri yang dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi untuk mengorganisasikan dan melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Kemampuan diri yang dirasakan mempengaruhi hambatan atau rintangan yang dirasakan sehingga semakin tinggi kemampuan diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan yang dirasakan dalam berprilaku.

6.    Activity-Related Affect

     An activity Related Affect perasaan positif dan negatif secara subjektif  yang terjadi sebelumnya atau selama aktifitas dan prilaku berikutnya berdasarkan sifat stimulus prilaku diri. Efek dari aktifitas mempengaruhi kemampuan diri yang artinya semakin positif

7.    Interpersonal Influences

Pengaruh ini adalah prilaku prilaku berdasarkan kogintif, kepercayaan dan sikap. Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk norma (harapan dari orang-orang penting), dukungan sosial (bantuan dan dukungan emosional) dan contoh/model (pembelajaran melalui mengobservasi orang lain dengan prilaku khusus). Sumber-sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya, dan penyedia pelayanan kesehatan.

8.    Situational Influences

Pengaruh-pangaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan kognitif dalam suasana tertentu yang bisa memfasilitasi atau menghalangi prilaku, Persepsi yang pada pilihan-pilihan yang tersedia yang mencakup  karakteristik dari kebutuhan dan bentuk lingkungan yang membuat berprilaku untuk meningkatkan kesehatan, pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam berprilaku sehat.

9.    Commitment to Plan of Action

Komitmen ini menjelaskan konsep keinginan dan mengindentifikasi strategi yang terencana yang mengarahkan untuk megimplementasikan prilaku hidup sehat.

10.    Immediate Competing Demands and Preferences

Tuntutan-tuntutan kebutuhan adalah alternatif berprilaku jika individu tidak memiliki kontrol yang kuat karena kemungkinan lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab dengan keluarga. Sesuatu yang disukai adalah alternatif berprilaku yang mana individu relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice cream atau apel untuk dimakan.

11.    Health Promoting Behavior

Prilaku hidup sehat point terakhir atau hasil dari tindakan yang secara langsung mempertahankan tujuan kesehatan yang positif seperti kesehatan atau kesejahteraan yang optimal, pemenuhan kebutuhan personal dan hidup yang produktif. Contoh prilaku promosi kesehatan adalah diet sehat, latihan atau olahraga secara teratur, memanajemen stress, memperoleh istirahat yang cukup,pertumbuhan spritual dam membangun hubungan yang positif.


Revised Health Promotion Model ( From Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M.A. (2002). Health Promotion in Nursing Practice (4 th ed., P. 60) Upper Saddle River, (NJ): Prentice Hall. Copyright Pearson Education, Upper Saddle River, NJ.)

 

Penggunan Bukti Empiris HPM

Revisi HPM menambahkan tiga variable yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku peningkatan kesehatan (Pender, 1996).

1.    Activity-related affect

2.    Commitment to plan of actions

3.    Immediate competing demand dan preferences

HPM yang direvisi memfokuskan pada 10 katagori dalam menetapkan perilaku peningkatan kesehatan. The revisi model mengidentifikasi konsep yang relevan mengenai prilaku peningkatan kesehatan dan memfasilitasi  hipotesis selanjutnya yang diuji (Pender, Murdaugh & Parsons, 2002). The HPM menyediakan paradigma  untuk mengembangkan instrument. Profil gaya hidup dalam meningkatkan kesehatan Exercise benefits–Barriers Scale (EBBS), Tujuan dari instrumen ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan kesehatan

 

Asumsi Utama HPM

Asumsi merefleksikan pandangan ilmu prilaku dan menekankan peran aktif pasien dalam mengatur prilaku sehatnya dengan memodifikasi lingkungan. Di buku ketiganya, Health Promotion in Nursing Practice, Pender (1996) menyatakan asumsi utama HPM adalah manusia, lingkungan dan kesehatan yaitu sebagai berikut :

1.    Manusia mencoba menciptakan kondisi kehidupannya melalui apa yang  bisa mereka nyatakan dalam kesehatan meraka yang potensial

2.    Manusia memiliki kapasiatas untuk mengrefleksikan kesadaran diri, termasuk penilaian mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.

3.    Pertumbuhan nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan usaha untuk mencapai keseimbangan personal yang dapat diterima antara perubahan dan stabilitas.

4.    Induvidu mengusakan pengaturan yang efektif terhadap prilakunya

5.    Individual secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan, perubahan lingkungan yang progresif akn terjadi sepanjang masa.

6.    Rekonfigurasi yang dimulai oleh diri sendiri merupakan polainteraktif antara manusia dan lingkungan sangat esensial untuk perubahan prilaku

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alligood, M.R and Tomey, A.M.(2006); Nursing Theory :Utilization and Aplication (3rd ed.). Missouri: Mosby, Inc.

Alligood, M.R and Tomey, A.M.(2014); Nursing Theoriest and their work . St Luis : CV. Mosby Elsevier, Inc.

Barnum, Barbara (1998). Nursing Theory: Analysis, Application, Evaluation. Lippincott Williams & Wilkins.

George, J. B. (1995). Nursing Theorist : The Base for Professional Nursing Practice (4th ed.). Connecticut : Appleton & Lange.

Hidayat, A.A. (2007).  Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kozier, B.(2007). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice 8th. New Jersey : Prentice Hall

Pender, N. J., Murdaugh, C. L., Parsons, M. A. (2002) Health Promotion in Nursing Practice (4th ed) Upper Saddle River, (NJ): Prentice Hall.

Pender, N. J., Murdaugh, C. L., Parsons, M. A. (2006) Health Promotion in Nursing Practice (5th ed) Upper Saddle River, (NJ): Pearson/Prentice Hall.

Pender, N. J., Murdaugh, C. L., Parsons, M. A. (2010) Health Promotion in Nursing Practice (4th ed) Upper Saddle River, (NJ): Pearson.

Polifroni E.C.and Welch M. 1999, Perspectives on Philosophy of Science in Nursing : an historical and contemporary oncology. Philadelphia Lippincott.

Potter & Perry (2005). Fundamentals Of Nursing : concept, Process, and Practice. (Yasmin Asih, dkk, Penerjemah). Mosby-Year Book Inc. (Sumber asli diterbitkan 1997)

 

 

 

Teori Afaf Ibrahim Meleis

 Teori Afaf Ibrahim Meleis (Transition theory)

 

Latar Belakang Teori

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap The Florence Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf bahwa ia dapat melakukannya.

Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari The University of California, Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions Theory. Pada tahun 2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at the University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).

 

Konsep dan Definisi

Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah konsep yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.

Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007 dalam Alligood, 2014).

Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:

1.    Tipe dan Pola dari Transisi,

Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran, kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health and illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014).

Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan) dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan langsung antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi seseorang.

2.    Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:

a.    Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering tercermin dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya.

b.    Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan ada engagement tanpa adanya awarness.

c.    Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.

Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus mengenali tingkat kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan perbedaan.

d.   Rentang waktu (Time Span)

Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk mencatat bahwa akanbermasalah atautidak layak, dan bahkan mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa pengalamantransisi.

e.    Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan  sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran, k

f.     Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya memiliki critical point dan events.Critical point and event biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada proses transisi

3.    Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komonitas, atau faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.

a.    Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian, setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan mempengaruhi pengalaman transisi.

b.    Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi pengalaman transisi, dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka akan menghambat transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-managenya.

c.    Status Sosial dan Ekonomi

d.   Kondisi Komunitas atau kondisi sosial

4.    Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang waktu.

Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:

a.    Feeling Connected

Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman positif transisi

b.    Interacting

Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

c.    Location and being situated

Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.

d.    Developing confidence and coping

Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan identitas (fluid integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi

5.    Nursing Therapeutics

Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi, pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing therapeutic.

 

Cakupan Teori

Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle range theory maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan Transition Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri, populasi maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis. Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi, dan indikator proses serta outcome.

 

Hubungan Antar-Konsep

Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut


Asumsi Teori

Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Nursing

a.    Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan keluarganya yang berada dalam proses transisi

b.    Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan

2.    Person

a.    Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua individu

b.    Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan pola perilaku.

c.    Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien

3.    Health

a.    Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki pola yang multiple dan kompleks.

b.    Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu

c.    Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka bersinonim dengan transisi

4.    Environment

Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi kerusakan, problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau kegagalan koping yang sehat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed). Missouri: Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work  (8th Ed). Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis Company

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing Company