Tampilkan postingan dengan label Teori Eakes-Burke & Hainsworth of Chronic Sorrow. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teori Eakes-Burke & Hainsworth of Chronic Sorrow. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Oktober 2020

Teori Keperawatan

 Teori Eakes, Burke & Hainsworth of Chronic Sorrow

(Teori Berduka Kronis)

 

Chronic sorrow (Berduka Kronis) merupakan salah satu teori keperawatan yang termasuk dalam teori middle range keperawatan yang dikemukakan oleh Eakes, Burke dan Hainsworth.Chronic sorrow merupakan perasaan sedih dan berduka yang memanjang, periodik dan berulang karena kehilangan yang signifikan. Chronic sorrow menjelaskan tentang pengalaman individu sepanjang hidupnya dalam menghadapi kehilangan, chronic sorrow sering muncul pada pasien dalam kondisi penyakit kronik di mana hal tersebut menjadi pemicu adanya kehilangan dan proses berduka yang memanjang.

 

Model Teori Berduka Kronis

 1.        Berduka kronis(Chronic Sorrow)

Chronic Sorrow (berduka kronis) adalah suatu kesenjanganyang sedang berlangsung sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan karakteristik perpasive dan permanen. Gejala berduka dapatterjadi berulang secara periodik dan gejala ini berpotensi progresif (Alligood, 2014).

2.        Kehilangan(Loss)

Kehilangan muncul karena adanya ketidakseimbangan/ perbedaan antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata. Sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak dengan kondisi kronik yang berbeda dengan ideal

3.        Peristiwa Pencetus(Triger events)

Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi yang menyebabkan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka (Alligood, 2014).

4.        Metode Manajemen (Management method)

Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain).Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur perasaan bisa secara internal maupun ekternal.

a.         Managemen internal sebagai tindakan, kognitif, interpersonal dan emosional. Tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya. Kognitif koping contohnya berpikir positif, membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu (Hainsworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Contoh koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau berkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, dalam Alligood, 2014). Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya.

b.         Managemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al., 1998dalam Alligood, 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang kompeten lainnya (Alligood, 2014).

c.         Managemen Inefektif

Management inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.

d.        Managemen Effective

Management efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan perasaan individual.

5.        Strategi manejemen

NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif.Strategi koping internal:

a.    Action (tindakan), mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan maupun pelaku rawatnya. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri

b.    Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas menerima semua ini

c.    Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi dengan ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat

d.   Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan mengekspresikan emosi.

Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaan kembali berduka (re-grief). Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

 

Asumsi Mayor: Theory of Chronic Sorrow

1.        Keperawatan

Praktek keperawatan memiliki lingkup praktek untuk mendiagnosa adanya Chronic sorrow untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama perawat adalah bersikap empati, memberi edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan professional lainnya

2.        Manusia

Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan. Manusia akan membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik, namun terdapat komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi ada terikat pengalaman kehilangan.

3.        Kesehatan

Kesehatan seseorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah kehilangan. Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadap kehilangan

4.        Lingkungan

Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu dalam konteks social, dengan keluarga, social dan pekerjaan.

 

Clarity Theory of Chronic Sorrow

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau berduka yang memanjang. Dalam konsep chronic sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului, trigger events atau kejadian pemicu dan metode-metode manajemen baik internal maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila manajemen efektif, maka individu akan mengalami kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan sebaliknya apabila manajemen tidak efektif maka individu akan mengalami ketidaknyamanan.jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun eksternal, akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang kronis.

Sebagai kelompok middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan satu fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik.Seperti yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan dari middle range teori ini memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat, pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional dan internasional (Alligood, 2014).

Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu-individu  yang tidak mengalami berduka kronis ini, apakah  mereka memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda, misalnya memiliki ketabahan, atau mereka menerima intervensi yang berbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan kehilangan yang terus menerus.

Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan tidak jelas dipaparkan.

Perlu klarifikasi strategi manajemen internal. Dalam hal ini belum jelas perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies. Demikian juga emotive-cognitive, emotional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi ketika kata “interpersonal” digunakan untuk menggambarkan bantuan professional.

Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa fokus dari perawatan adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini hanya memandang profesi kesehatan sebagai sumber manajemen eksternal untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik, pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang profesional.

Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanent. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode management dalam mengatasinya. Metode management dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode managemant yang digunakan efektif maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya

 

Simpicity Theory of Chronic Sorrow

Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorietasi pada fase berduka kronis.Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman hubungan antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan.Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis adalah siklus alami, menyebar dan potensial berkembang.

Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen internal versus metode manajemen eksternal.Selain itu teori ini secara sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver)menghasilkan respon manajemen inefektif versus manajemen efektif.

Teori secara sederhana menjelaskan bahwa peran perawat harus mampu menidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal pasien.Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada metode manajamen eksternal untuk menghasilkan respon manajemen ang efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi progressif.

Dengan jumlah variabel yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti. Sebagai kelompok middle range, teori ini berguna untuk panduan praktik dan desain penelitian selanjutnya.

 

Generality Theory of Chronic Sorrow

Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang mengalami gangguan fisik atau kognitif.Melalui pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukkan berbagai pengalaman dari kehilangan.Teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberi perawatan.Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan.Dengan konsep ini keunikan yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu. Pemicu dan strategi manajemen unik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam

Teori ini secara general dapat diaplikasi pada berbagai kasus asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow.Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori ini dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

 

Accesibility Theory of Chronic Sorrow

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari fenomena. Dengan jumlah variabel yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang meningkatkan efektivitas strategi manajemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice)

Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk penelitian lebih lanjut. Definisi yang jelas dari berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka kronis . Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik

 

Importance Theory of Chronic Sorrow

Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami seseorang karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan terminal.Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi fase kesedihan atau beruka yang dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.

Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis, tanggung jawab pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak, atau kesedihan (Alligood, 2014).

 

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. Raile. (2014), Nursing Theorists and Their Work, Eight Edition, Mosby, an Imprint of Elsevier Inc.

Fawcett, J, (2000). Levine's Conservation Model. In J. Fawcet (Ed.) Analysis and evaluation of contemporary nursing knowledge: Nursing Models and theories. Philadelphia: F.A. Davis.

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2010).Nursing Theorists and Their Works (7thed.).St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.